Postingan

Langit dan Hujan

Selamat datang untuk setiap hari raya ini. Hari-hari berhujan telah datang, langit dan segala irama yang tercipta sungguh menjadi hadiah terindah dari semesta di penghujung ini. Aku selalu mengatakan bahwa aku sungguh menyukai hari-hari akhir setelah perjalann panjang yang telah berlalu. Rasanya semua harus dirayakan bahkan bila perlu aku ingin menari bersama hujan untuk itu. Aku mengingat kembali tentang setiap doa, setiap air mata, setiap duka dan keluh kesah bahkan setiap rayuan pada Tuhan tentang keinginan berjumpa dengan hujan lebih lama sangat membuat dadaku sesak. Namun juga membuat ku teringat bahwa betapa Tuhan maha baik atas setiap janji hujan bersama doa-doa baik tempo hari. Tuhan, aku sedikit merasa percaya diri apabila doa ku hari ini maka akan selayaknya hujan yang datang besok lusa atau beberapa ratus hari kemudian. Boleh kah aku menggantungkan harapan itu? Bolehkah aku sedikit merasa lebih baik?  Aku tidak pernah tahu kemana hidup akan membawa ku. Entah hujan ku har...

Lalu Gelap

 Hari ke enam belas untuk November. Hari yang seharusnya berjalan seperti biasanya. Hari yang seharusnya seperti yang aku lihat, seperti yang aku rasakan, dan hari ini seharusnya seperti pada seharusnya kehidupan ku. Namun hari ini terlihat beda, anak-anak yang datang begitu sepi, sarapan pagi ku bersama Ibu, rutinitas Ayah, hingga hujan yang malam ini turun tanpa diharapkan. Bukankah semua ini tidak seperti biasanya. Hujan, katakan pada ku tentang suara mu malam ini? Aku ingin mendengar setiap titik yang hadir harap-harap memberikan sedikit pesan untuk membuat segalanya sedikit membaik. Lalu hujan, aku memohon maaf untuk turun mu kali ini bukan sebagai suka cita yang penuh. Ada hal lain yang mengganggu ku, lalu begitu saat kamu turun sedikit membuat ku lebih baik. Tapi begitulah, ku bilang bukan suka cita sepenuhnya. Karena hal tersebut masih mengganggu ku hingga saat kamu semakin reda sekalipun. Katakan pada ku hujan, bagaimana belajar tentang kedatangan dan kepergian? Bagaimana ...

Tepian Satu

Hari ke tujuh dalam tepian pertama, malam ini bersama hujan aku kedinginan dalam kehangatan iramanya. Dan Tuhan, terima kasih untuk jawaban hujan kesekian kalinya. Terima kasih untuk setiap kebaikan mu. Aku ingin merayakannya kali ini. Duduk menepi, dan bercerita tentang langit yang sampai hari ini bersama ku. Hujan, rasanya ini masih menjadi mimpi bagi ku. Setelah kamu akhirnya ada sosok yang bisa ku tulis. Dia adalah langit, langit tempat dimana matahari berseri, tempat dimana bintang bersinar, tempat dimana biru tinggal, bahkan tempat dimana jingga berpesta setiap sore. Dialah langit tempat siapapun ingin terbang disana. Dialah langit yang tinggi, dan penuh hal.  Namun  langit yang ku suka tetaplah langit kelabu dan hitam, dengan gelap dan hujan setelahnya. Langit yang akan ku bicarakan adalah langit ku yang gelap bersama setiap hal di di dalamnya. Langit yang menemani kisah ku beberapa hari banyak ini. Langit yang selalu membaca ku setiap saat dia menginginkannya. Langit y...

Laut Malam

Tujuh hari sebelum Oktober berakhir, pada saat langit bertemu lautan dalam garis kegelapan yang sama. Malam yang gelap, bersama sedikit cahaya bintang yang mengingatkan ku bahwa setiap hal tidak serta merta hitam, bahwa ternyata malam gelap sekalipun tetap Tuhan suguhi bintang, namun kali ini aku urung membicarakan bintang. Biarkan saja tulisan ini entah kemana, entah sampai mana, dan entah bagaimana jadinya. Tuhan, jika saja malam ini satu tetes hujan turun untuk memelukku, maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk lari dan memeluknya. Aku ingin hujan untuk ke sekian kalinya, seperti saat aku membutuhkan mu disaat-saat tergelap, begitupun hujan setelahnya. Tuhan, bagaimana lautan tercipta dengan keindahan warnanya, biru yang jernih sampai gelap tergelap ia dapati. Seharusnya lautan tidak perlu merepotkan orang lain untuk memahaminya. Seharusnya lautan tidak rumit untuk dipahami siapapun. Seharusnya lautan hanya satu wajah dirinya. Seharusnya apa yang mereka lihat begitulah seharusny...

Untuk Jingga

 Jingga, apa yang salah pada senja sore hari? Waktu merangkak tidak berbalik arah, setiap hal kita jalani dengan segenap rasa yang Tuhan datangkan. Hari-hari berlalu tentang kenyataan bahwa kehidupan membawa banyak makna.  Aku menyukai senja yang menjadi bagian hidup ku. Tidak ingin aku menuntutnya untuk selalu indah dan menyuguhkan hal baik untuk semesta. Meskipun tidak bohong bahwa aku ingin senja seperti milik Nirbita, meskipun tidak bohong aku ingin senja seperti pada Seine maupun Halimunda. Meskipun sebenarnya aku iri dengan senja milik mereka, aku ingin namun untuk apa? Aku cukup dengan seperti saat ini. Senja yang kata mereka sangat indah dan sempurna. Sungguh Tuhan, sejauh ini? Sampai topeng ku benar-benar seperti nyata dihadapan mereka. Tuhan, aku menyukai setiap hal yang ku miliki. Meskipun tidak setiap hal ku terima dengan baik di awal, tapi aku selalu berusaha untuk menjadi tuan yang baik untuk kisah ku. Aku tidak ingin memberontak lagi, aku tidak ingin memaki lagi...

Setelah Hujan

Oktober, mantra ini akhirnya terjadi. Akhirnya pelukan itu kembali. Lalu hujan pun datang.. Kala itu, seseorang datang mencoba menarik hati ku. Gadis kecil berbandana ungu lalu matanya yang besar memberi beberapa syarat untuk tinggal. Berharap bahwa cinta yang ia tawarkan akan sampai hari itu. Berharap bahwa tak harus merasa terbagi oleh ibu yang selalu ia puja. Berharap bahwa setiap kebahagiaan yang ia rencanakan itu akan hadir hari itu juga. Gadis kecil itu berdoa dengan hebat, pada hujan yang turun, pada lautan yang menjadi temannya. Semesta mengiyakan, namun gadis kecil itu lupa bahwa waktu bisa saja sedikit membunuh. Kemana ia harus pergi? Terjebak dengan pilihan sendiri. Jatuh dengan harapan sendiri yang ternyata hanya omong kosong. Gadis itu benar-benar berdoa lalu Tuhan iya kan, namun gadis itu lupa bahwa beberapa hal bisa saja melukai. 12 tahun ia terjerembab, tubuhnya tidak mampu melihat apapun selain luka itu. Tentang cinta yang benar-benar hilang namun ada di balik dinding ...

Setelah Langit

 Hari ke sekian tanpa hujan... Menurut mu, apa yang bisa dicinta dari diriku? Bukan apa hanya bersiap, tak ada yang tahu. Aku takut Tak pernah ada yang lama menunggu sejak dulu. Nadin selalu mengingatkan tentang siapa aku. Ada banyak hal yang sulit dipahami, namun ku rasa sesingkat itu, kamu seharusnya paham. Langit, aku tidak suka merepotkan siapapun. Aku takut menjadi beban, aku takut tidak bisa memberikan yang terbaik. Sungguh, aku sangat rumit. Apa kamu mau memahami ku? Apa kamu siap menyelam sampai dalam bersama ku? Apa kamu siap sampai di dasar kita hampir mati? Apa kamu siap menyelam lebih lama? Langit, semua tidak akan mudah kamu pun tahu itu. Aku hanya ingin, kamu terus yakin bahwa aku tidak akan pernah kalah dari setiap tantangan. Aku tidak akan pernah mundur. Langit, aku bersedia membuka tangan ku untuk menyelam dan mati bersama mu. Aku ingin menyelam bersama mu, tidak lagi sendiri. Aku perlu kamu saat tiba-tiba lautan membuatku tersesat. aku membuka tangan ku bukan kar...