Untuk Jingga

 Jingga, apa yang salah pada senja sore hari? Waktu merangkak tidak berbalik arah, setiap hal kita jalani dengan segenap rasa yang Tuhan datangkan. Hari-hari berlalu tentang kenyataan bahwa kehidupan membawa banyak makna. 


Aku menyukai senja yang menjadi bagian hidup ku. Tidak ingin aku menuntutnya untuk selalu indah dan menyuguhkan hal baik untuk semesta. Meskipun tidak bohong bahwa aku ingin senja seperti milik Nirbita, meskipun tidak bohong aku ingin senja seperti pada Seine maupun Halimunda. Meskipun sebenarnya aku iri dengan senja milik mereka, aku ingin namun untuk apa? Aku cukup dengan seperti saat ini. Senja yang kata mereka sangat indah dan sempurna. Sungguh Tuhan, sejauh ini? Sampai topeng ku benar-benar seperti nyata dihadapan mereka.


Tuhan, aku menyukai setiap hal yang ku miliki. Meskipun tidak setiap hal ku terima dengan baik di awal, tapi aku selalu berusaha untuk menjadi tuan yang baik untuk kisah ku. Aku tidak ingin memberontak lagi, aku tidak ingin memaki lagi, aku sudah tidak berminat untuk itu. Aku sudah tidak ingin...


Jika saja setiap orang bisa menentukan senja seperti apa yang ingin ia nikmati di sore hari, mungkin senja ku yang paling cantik seperti Aprodhite. Mungkin senja ku adalah senja terbaik seperti kehidupan di Athena. Sebisa mungkin aku akan membuat sore ku lebih baik dari sekedar menyesap teh dan berdialog dengan Sri. Tuhan, bukankah aku hamba yang buruk? Terlalu banyak merayu dan bicara. Aku tidak suka itu, bagaimana dengan mu Tuhan?


Bagaimana pula dengan keadaan ku saat ini, merasa terluka oleh jingganya langit. Langit yang ku bangun selama 20 tahun aku berteman hujan. Aku tidak ingin membenci senja yang ku miliki, aku tidak ingin membenci orang-orang di dalamnya, kehidupan di dalamnya, kisah di dalamnya, dan segala hal yang melibatkan pesta senja ku selama ini. Tidak Tuhan, aku tidak ingin membencinya. Bukankah ini semua hanya karena perasaan ku saja? Bolehkah perasaan ini Tuhan? Saat merasa senja ku tidak layak disuguhkan lalu dinikmati siapapun. Aku merasa, jingganya tidak sebaik mereka, jinggaanya tidak seluas mereka saat memandang, dan jingga ku tidak indah seperti dia dan kehidupan langit biru nya.


Tuhan, aku sedang tidak baik. Aku ingin sedikit menepi dari sore itu dan memeluknya. Meminta maaf untuk hal yang membaluti pikiran ku. Tuhan ini salah ku, aku terlalu banyak bicara. Aku terlalu banyak melihat dan menerka, lalu pada akhirnya menutup langit sore dengan duka. Selalu seperti itu, aku tidak bisa menganggap bahwa senja yang ku miliki adalah jingga yang paling indah setidaknya untuk diri ku sendiri. Setidaknya cukup untuk menghibur diri ku. Setidaknya cukup untuk membuatku merasa sedikit berharga. Setidaknya cukup untuk membuat ku merasa layak bahkan untuk biru. Ah Tuhan, setidaknya cukup untuk membuat ku menutup mulut berisik ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me