Postingan

Pelukan Hujan

Saya tidak mengerti apapun selain tentang rasa roti cokelat yang sukses menyapa perut setelah 15 jam kosong. Selain tentang tempat duduk sepi ditemani mereka yang asing. Berjalan melewati berbagai hal yang menjadi sapaan netra hitam yang terlalu banyak menerima air mata. Ah, tidak. Untuk apa mengeluh dan memberikan diri duka lebih dam. Kembali, saya tidak mengerti apapun selain suara bising jiwa mereka yang semakin membuat saya sepi. Semakin pula saya merasakan bahwa hening dan sepi itu adalah hanya saya. Tidak mereka, juga tidak siapapun mereka yang jiwanya selalu benar-benar hidup. Saya jatuh cinta atas segala sepi dan damai ini. Jatuh cinta atas dialog diri bersama tas yang menggenggam erat selalu. Jatuh cinta atas dialog bersama roti cokelat setelah perasaan sedikit bahagia karena mampu memakan dua potong. Bahkan saya jatuh cinta tentang segala yang menemani saya bersama sepi. Namun saat netra menatap nanar mereka yang tidak demikian, begitu saya pertanyakan. Apakah buruk dengan ke...

Dongeng untuk September

Akhir pekan ditemani musik bumi yang menenangkan. Akhir pekan penuh maaf kepada September lalu juga beberapa hal yang dilewati begitu saja meski dengan hujan. Terkadang saya adalah jiwa tanpa arah, yang meninggalkan jejaknya tergesa. Meski hujan sekalipun yang menepuk bahu agar berhenti, namun tetap saja September dan waktu seolah membuat saya harus meminta maaf atas segalanya kali ini. Hujan pertama pada Oktober, hujan yang menepuk bahu saya untuk benar-benar diam tak berkutik. Lalu saya merayakan maaf atas September dan segalanya. Ketidakhadiran September untuk sekedar singgah disini, mengingatkan saya betapa hidup dan waktu saling berlari begitu cepat hingga rasanya saya tertinggal banyak hal. Hal yang bahkan selalu menjadi pulang bagi saya. Lalu apakah pintu rumah saya masih terbuka saat ini? Apakah pintu itu masih ingin menjamu saya untuk menikmati segelas teh di tengah hujan? Entah kesalahan besar atau bagaimana, namun saya akui saya telah terlalu jauh berlari. Pelarian bersama h...

Perjalanan untuk Cinta

Ya Allah Tuhan saya yang maha baik. Begitu banyak hal yang telah terlewati. Berkali-kali disuguhkan atas hal-hal pelik nan rumit. Yang membuat saya jatuh bahkan tak sekali. Dunia ini begitu banyak memberi saya, suka maupun duka. Lalu tentang kedukaan, beberapa kali entah hal yang saya takutkan atau hal yang datang tanpa permisi lalu membuat tubuh saya terseok pada ruang duka yang membuat saya merasa bahwa hidup ini begitu luar biasa. Tuhan saya Allah yang maha kasih. Dunia yang hadir ini adalah tempat bagaimana berkali-kali saya dan tubuh ini terus berjuang menghadapi alur yang kau berikan. Saya tidak menghitung seberapa banyak suka pun duka. Namun atas setiap hal yang terjadi, saya percaya bahwa kasih sayang dan cinta mu adalah kenyataan yang cukup menguatkan saya selama ini. Tuhan saya Allah, sebaik-baik cinta dan kasih adalah dari mu. Maka tolong, berilah saya keyakinan yang tak pernah terputus atas hal itu.  Ya Allah, rumah dan pulang atas setiap lelah dan tangisan ku selama i...

Mereka dan Perayaan

Malam ini, kembali saya dengan perayaan kecil. Iya, lagi-lagi Tuhan membuat saya menulis suka cita yang tak bisa saya tunda untuk tidak menuliskannya. Malam ini selain perayaan Idul Adha, juga tentang perayaan kecil untuk tubuh saya bersama mereka yang terkasih dalam hidup saya. Ayah, Nenek, bibi saya, ayolah hanya malam ini kami melakukan perayaan kecil untuk merayakan bagaimana setiap jiwa kami diberi harapan oleh semesta. Bagaimana setiap jiwa kami merasa bersuka cita untuk perjalanan hidup yang selama ini kami miliki. Meski masih dengan kisah berat, malam ini kami diberi kesempatan untuk tertawa bersama menertawakan hal-hal kecil. Harapan, penerimaan, dan sedikit tawa bukankah suatu keajaiban yang patut untuk dirayakan? Bukankah hal indah dengan segala kisah berat yang terjadi namun masih sempat untuk melakukan keajaiban demikian. Jangankan tersenyum, rasanya membuka mata pun begitu sulit ketika kisah berat terlalu mendominasi masing-masing tubuh kita hingga rasanya harapan sekecil...

Cinta yang Tidak Sempurna

Saat diri sendiri dihadapakan pada hal-hal yang selama ini biasanya menjadi minat atau ingin, namu ketika tiba-tiba hal itu menjadi sulit dan rumit untuk kita, bukan berarti kita salah memiliki emosi demikian. Bukan juga berarti kita lemah atau tidak bisa menjadi orang yang aktif. Singkatnya adalah, saya sedang merasa kehabisan ide untuk menulis. Siapapun tahu, bahwa tulisan dan sastra adalah bagian hidup saya. Bagian hidup yang selalu menjadi minat saya, kebahagiaan saya. Namun entah apa, kerumitan dan kesulitan itu ada pada saya saat ini. Sebenarnya, ini bukan hanya terjadi saat ini saja. Sebelumnya saya pernah pula merasakan hal semacam ini. Hanya saja, saya selalu denial dengan perasaan ini. Ah, rupanya saya terlalu mencintai sastra. Saat ini saya baru sadar, kenapa pada akhirnya saya dipertemukan dengan kerumitan ini. Saya tidak peduli pendapat siapapun, namun rasanya sakit sekali ketika saya tidak menemukan kata untuk tulisan saya. Ketika saya mencoba terus untuk menulis, namun t...

Suka Cita Juni

Bulan Juni saat ini, menjadi bulan Juni dengan rasa jatuh cinta saya yang begitu banyak. Maaf saya baru sempat membuat tulisan ini. Juga terima kasih telah mengingatkan saya untuk hadir pada tulisan saya selanjutnya. Kali ini, saya hadir dengan perasaan yang begitu bahagia. Saya hadir dengan suka cita. Tidak, saya baru saja selesai membaca Filosofi Teras, maka saya tidak menganggap kebahagiaan ini adalah satu-satunya hal baik. Pun duka, jika Marcus Aurelius mengatakan bahwa semua hal ada pada kendali kita, maka untuk mendefinisikan duka atau pun suka, rasanya keduanya hal baik saat pikiran kita mampu membuat persepsi itu. Maka selai saya datang dengan segala suka cita yang terjadi, pun saya datang dengan tumpukan makna hidup baru yang sedikit banyaknya membantu keresahan saya selama ini. Saya selalu jatuh cinta. Saya jatuh cinta pada apa yang akan dan ingin saya lakukan. Sebabnya hanya karena jatuh cinta, hanya tentang kecintaan seorang saya pada setiap hal yang saya lakukan. Saya tida...

Kupu-Kupu

Dibawah derai yang menari untuk kata. Malam ini saya diingatkan kembali tentang perjalanan. Namun kali ini bukanlah perjalanan tentang cerita saya bersama cerita cerita yang sering saya tulis. Ini adalah cerita saya bersama diri saya yang sendiri. Sendiri tanpa siapapun, selain tubuh saya yang terseok seok alur yang pernah membuat saya jatuh. Jatuh yang tidak pernah saya rasakan. Perasaan jatuh itu hadir setelah semua perjalanan saya lewati sampai titik saat ini. Boleh dikatakan saya lambat menyadari akan tubuh saya yang malang waktu itu. Namun, alih-alih merendahkan diri saya dengan cerita itu, saya menganggap cerita itu adalah bagian istimewa dalam hidup saya. Bagian yang memberikan saya banyak makna, bagian yang membuat saya memahami bahwa saya pernah melalui masa-masa luar biasa sebagai sosok yang saat ini sulit saya kenali. Memori itu tiba-tiba satu persatu menyapa saya. Tentang saya dengan naluri puber yang luar biasa. Sewaktu dulu, saya begitu kontras dengan saat ini. Entahlah, ...