Pelukan Hujan

Saya tidak mengerti apapun selain tentang rasa roti cokelat yang sukses menyapa perut setelah 15 jam kosong. Selain tentang tempat duduk sepi ditemani mereka yang asing. Berjalan melewati berbagai hal yang menjadi sapaan netra hitam yang terlalu banyak menerima air mata. Ah, tidak. Untuk apa mengeluh dan memberikan diri duka lebih dam. Kembali, saya tidak mengerti apapun selain suara bising jiwa mereka yang semakin membuat saya sepi. Semakin pula saya merasakan bahwa hening dan sepi itu adalah hanya saya. Tidak mereka, juga tidak siapapun mereka yang jiwanya selalu benar-benar hidup. Saya jatuh cinta atas segala sepi dan damai ini. Jatuh cinta atas dialog diri bersama tas yang menggenggam erat selalu. Jatuh cinta atas dialog bersama roti cokelat setelah perasaan sedikit bahagia karena mampu memakan dua potong. Bahkan saya jatuh cinta tentang segala yang menemani saya bersama sepi. Namun saat netra menatap nanar mereka yang tidak demikian, begitu saya pertanyakan. Apakah buruk dengan kesendirian? Apakah menyedihkan? Saat dengan senang hati saya menari dalam kisah cinta ini. 

Saat yang saya inginkan adalah tentang segala sepi dan segalanya, namun saat netra ini memberi kabar lain. Pertanyaan itu sukses membuat hati saya selayaknya hujan saat ini yang turun tepat kereta perjalanan baru berkelana. Seperti hujan yang datang saat ini meski keretanya baru saja berjalan. Entah hujan dan dingin akan menemani sampai perjalanan akhir atau bagaimana, namun yang pasti adalah hujan kali ini seolah tidak membenarkan bahwa keheningan dan kedamaian itu tidak perlu dipertanyakan. Seolah ia memberi tahu, tak seperti jiwa yang berteman, bahkan titik hujan pun mampu untuk memeluk sedemikian hebat meski tubuh basah diterpa dingin. Namun ia katakan bahwa ,tidak apa apa atas segala yang terjadi. Lalu saya, melanjutkan kereta perjalanan ini dengan jatuh cinta yang berlanjut pula. Tentang keinginan selama ini dan harapan bahwa memberi diri ruang lebih dari biasanya itu perlu dan tidak salah. Dan tidak perlu khawatir akan segala pertanyaan itu, kenyataannya adalah semesta tidak pernah tinggal diam melihat kamu kedinginan sendirian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me