Postingan

Terlalu Banyak Bicara

Aku sudah bilang, akhir-akhir ini aku terlalu banyak bicara. Maka tolong jangan meledek ku, semua ini membuat ku lebih baik sedikit. Bagian selanjutnya tanpa hujan, aku ingin berbagi tentang masa-masa sebelum saat ini. Sudah ku bilang, jika sedang senggang pikiran ku suka kemana-mana. Aku kembali teringat tentang hari sebelum rumah ini ada. Aku kembali mengingat tentang rumah yang dulu ku bangun dengan amarah, rumah yang ku bangun setelah berdarah, rumah yang ku bangun setelah malam itu rambut ku harus terkumpul dan berakhir di tempat sampah. Rumah yang ku bangun sampai detik ini, ternyata telah benar-benar menjadi rumah. Aku sempat mempertanyakan, bagaimana Tuhan membuatnya menjadi seperti saat ini. Tentang bagaimana aku yang sampai di titik saat ini. Tiga tahun lalu jika saja benar-benar berakhir, mungkin aku sudah berakhir dengan penyesalan bahwa aku masih bisa menari bersama hujan, penyesalan tidak mengenal Sri dan menyukai Zaman, lalu menyesal karena tidak bertemu dengan Abang dan...

Jika Hujan Tidak Kembali

Bagian selanjutnya tanpa hujan. Tanpa hujan lagi? Akhir-akhir ini aku memang lebih sering mengunjungi rumah ku ini, banyak bicara hahah. Setelah kemarin cukup jarang berkunjung, mungkin saja ini waktu yg tepat untuk banyak bercerita. Tapi apakah harus tanpa hujan? Kadang-kadang aku takut, bagaimana jika selanjutnya benar-benar tanpa hujan. Semua orang bisa pergi, aku juga tahu saat hujan pergi ia akan kembali dan yg ku takutkan adalah hujan yang benar-benar pergi, benar-benar pergi jauh sampai aku tidak bisa membayangkan seberapa sulitnya itu harus ku hadapi.  Meski di satu sisi aku bahagia, karena kini tanpa hujan, aku masih bisa menulis, bercerita, dan berbagi. Aku jadi ingat, orang jika sudah diberi jalan sendiri, dibuat mandiri, dan begitu seterusnya, mungkinkah seperti sosok anak dengan kedewasaannya yg telah dilepas orang tua. Bagaimana jika kisah ku dan hujan pun seperti itu. Bagaimana jika hujan benar-benar pergi dan tidak kembali. Apakah ia lebih tahu jika aku sanggup mele...

Lembang dan Alasannya

September ke 20 bersama Lembang yang tetap dingin. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan kali ini, tidak. Maksud ku Bandung indah, aku suka seperti halnya membicarakan Jogja. Aku menyukainya seperti halnya membicarakan hujan, tapi bukankah setiap hal memiliki takaranny masing-masing. Lembang, sebenarnya aku hanya ingin duduk saja bahkan berbaring. Tubuh ku rasanya lebih menginginkan kasur daripada harus berjalan dan memotret. Aku senang dengan perjalanan ini, tapi tubuh ku sedang tidak baik. Apapun yang disuguhkan kota ini, aku tidak bisa menerima sama baiknya seperti mereka. Barangkali ini bukan waktu yang tepat. Aku terlalu memaksa perjalanan ini.  Aku tidak memiliki kenangan apapun dengan Bandung sebelum saat aku menyukainya. Berbeda dengan Buitenzorg dan Batavia yang menjadi kota kesayangan ku. Bandung menjadi kota favorit ku, tidak ada alasan. Terkadang apakah aku benar-benar menyukianya, ataukah hanya sekedar ikut-ikutan manusia lain yang memujanya. Apapun itu, aku harus m...

Tanpa Hujan

Hari ini, bumi tanpa hujan. Tanpa melodinya, tanpa dinginnya, tanpa setiap hal yang selalu hadir bersamanya. Entah kapan terakhir kali menulis tanpa hujan, ini terlalu jauh untuk diingat kembali. Hujan dan Derai Kata tak pernah terpisah, namun untuk kali ini kita sama-sama sendiri. Tanpa hujan memang kenapa?  Bumi tanpanya, dan kesendirian ini mengingatkan ku tentang banyak hal mengenai hidup. Apa yang kurasakan saat ini tidak sejelas ketika hujan turun, entahlah.. Kesedihan yang sama pernah kutumpahkan disini, namun untuk kali ini bedanya adalah, bahwa perasaan ini terkesan mempertanyakan dua kali sebenarnya aku kenapa? tentang setiap hal itu, sungguh memuakkan. Tuhan, bantu aku apapun caranya. Ini tidak mudah terlebih tanpa hujan. Segalanya terasa berat saat harus dipikul sendiri, maka saat itu hingga kini lah aku percaya bahwa ada engkau Tuhan. Jika saja kepercayaan itu menguap atau ikut bersama tumpukah tanah basah lalu terinjak, entah bagaimana tubuhku saat ini. Entah bagaiman...

Hujan Pertama tentang Mereka

Hari ke enam pada bulan ini, hari setelah jutaan doa mengharapkan turunnya hujan. Hujan kali ini adalah hujan setelah penantian panjang. Hujan yang diharapkan setiap orang, hujan yang dirindukan setiap orang tentang basah dan dinginnya. Hujan kali ini adalah bukti bahwa Tuhan selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk memberi, kapan waktu yang tepat untuk kita dapat memahami bahwa segalanya telah tersusun rapi hingga tak perlu diperdebatkan bahkan dipertanyakan. Hujan kali ini adalah suara-suara yang telah bangkit kembali setelah kemarin nyaris hilang terputus asa. Ada banyak sekali hal yang ingin kukatakan, ada banyak pertanyaan, juga ada banyak keluh yang kemarin sungguh tak mudah untuk dilewati. Terlepas dari segala hal yang terjadi, maka hujan kali ini kembali menyadarkan tentang setiap proses yang telah terjadi ternyata sudah sampai sejauh ini. Tentang segalanya, ternyata bisa terlewati dengan baik meski harus dengan baik menelan pahitnya bahkan sunyinya tanpa hujan dan dingin yang ...

Batavia Album Kelana Satu

Gambar
Perjalanan pertama dalam mewujudkan list kami. Sebenarnya tidak ada yang istimewa, biasa saja. Namun bedanya, kami hanya memiliki waktu lebih lama. Lebih lama untuk berjalan, makan, mengobrol, dan yang paling penting lebih lama untuk berdebat dan beradu argumen. Transjakarta, MRT, lalu KRL, bahkan bulak balik bapak gocar, membuat kami  paham bahwa ada banyak hal di dunia ini untuk kita jadikan tempat menuju tujuan kita. Apapun itu, yang terpenting adalah kemauan untuk terus berjalan dan berjalan sampai titik bagian bumi terbaik menurut kita. Sebenarnya tidak juga, bahkan setiap perjalanan tidak harus berlaku baik dan sempurna. Segalanya akan indah tanpa kesempurnaan. Miral Hotel yang indah, hotel dengan budget rendah tapi kalian tidak akan percaya jika kami benar-benar nyaman. Seperti memang rumah untuk dijadikan pulang, meskipun hanya sementara. Selepas pulang berkelana tepat pukul 22.30, kami lanjut makan, karena tadi siang masih sisa. Lalu tidak lupa berdebat bahkan sampai berad...

Thank You for Lovin'me

Mei hari ke tiga puluh satu, hari ini adalah hari yang telah dipersiapkan. Serapih itu, karena bagaimanapun hari ini tetap akan terjadi, lalu perpisahan ini akan menjadi kenangan kita memeluk kasih sayang yang terlalu berharga untuk dilupakan.  Abang, Biby, malaikat kecil berhati baik.. "Ibu" Dahulu ibu tidak suka suka dipanggil ini, ini terkesan berat dan ibu merasa tidak pantas. Tapi untuk hari ini, rasanya ibu akan menyesali masa lalu karena perpisahan kita tidak akan lagi ibu dengan suara kalian dengan panggilan ini.  Ibu disini menulis untuk kalian, jika kalian sudah dewasa dan memahami segalanya, ibu ingin tulisan ini menyapa kalian kembali. Tulisan yang akan ibu tulis ini adalah tanda mata dan bukti betapa ibu sangat menyayangi kalian, betapa ibu berterima kasih pada Tuhan atas kesempatan mengenal kalian. Kalian harus tahu, ibu tidak pernah merasa se berharga ini menjadi sosok manusia, kecuali saat mengenal kalian, hari-hari bersama kalian, tingkah kalian, ucapan kalia...