Lembang dan Alasannya
September ke 20 bersama Lembang yang tetap dingin. Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan kali ini, tidak. Maksud ku Bandung indah, aku suka seperti halnya membicarakan Jogja. Aku menyukainya seperti halnya membicarakan hujan, tapi bukankah setiap hal memiliki takaranny masing-masing.
Lembang, sebenarnya aku hanya ingin duduk saja bahkan berbaring. Tubuh ku rasanya lebih menginginkan kasur daripada harus berjalan dan memotret. Aku senang dengan perjalanan ini, tapi tubuh ku sedang tidak baik. Apapun yang disuguhkan kota ini, aku tidak bisa menerima sama baiknya seperti mereka. Barangkali ini bukan waktu yang tepat. Aku terlalu memaksa perjalanan ini.
Aku tidak memiliki kenangan apapun dengan Bandung sebelum saat aku menyukainya. Berbeda dengan Buitenzorg dan Batavia yang menjadi kota kesayangan ku. Bandung menjadi kota favorit ku, tidak ada alasan. Terkadang apakah aku benar-benar menyukianya, ataukah hanya sekedar ikut-ikutan manusia lain yang memujanya. Apapun itu, aku harus menemukan alasan kenapa harus menyukai Bandung. Dan setelah ku pikir, mungkin aku bisa menyukainya karena ia adalah kota kelahiran Zaman Zulkarnaen, mungkin juga aku bisa menyukainya karena disana tidak se panas Batavia. Atau barangkali karena kota itu adalah kota yang banyak meninggalkan jejak Netherland.
Ada banyak alasan kita harus menyukai sesuatu. Tapi apakah harus dipaksa?
Ku bilang pada seseorang bahwa Bandung tidak lebih baik dari Batavia. Aku jujur mengatakan itu, dan ternyata selama ini aku salah. Aku salah dan buta, mata ku tertutup dan menganggap dia, Bandung dan ceritanya adalah mereka di zaman itu. Berulang kali aku pertanyakan sebenarnya perjalanan ini kenapa? Kenapa ada yang salah? Kemudian aku menemukan jawabannya.
Setiap perjalanan adalah hal berharga, aku menyukai perjalanan ini meski dengan kesan berbeda. Tapi izinkan aku tetap egois, aku ingin buta. Aku ingin mencintai Bandung dengan alasan ku tadi. Meski terdengar bodoh tapi aku menyukainya. Cinta bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Urus saja alasan kamu mencintainya, urusan ku akan tetap menjadi urusan ku.
Bagiku, Bandung adalah kota yang indah, dalam sudut pandang mata ku melihat tentunya. Jangan memaksa mata mu untuk melihat dengan sudut ku, karena mungkin itu akan berbeda dan bahkan bertentangan. Terlebih, sedikit sekali orang-orang yg satu sudut pandang dengan ku. Mencoba memaksanya hanya akan membuat mu berdebat dan gila. Tapi, sedikit pun aku tidak membuat labirin besar terlebih saat besok lusa manusia lain mengobrol dengan ku membicarakan sudut pandangnya, mungkin seru, seraya sesekali menyesap kopi meski aku tidak menyukainya, biarkan saja ia tinggal di meja untuk mempercantik obrolan itu, lalu kami akan tertawa dan saling merutuki kebodohan masing-masing.
Jika saja seperti itu.
Jika saja perbedaan itu tidak berakhir perdebatan, mungkin bumi pun akan tersenyum. Tapi sayang, manusia tidak se sederhana itu.
Komentar
Posting Komentar