Batavia Album Kelana Satu

Perjalanan pertama dalam mewujudkan list kami. Sebenarnya tidak ada yang istimewa, biasa saja. Namun bedanya, kami hanya memiliki waktu lebih lama.

Lebih lama untuk berjalan, makan, mengobrol, dan yang paling penting lebih lama untuk berdebat dan beradu argumen. Transjakarta, MRT, lalu KRL, bahkan bulak balik bapak gocar, membuat kami  paham bahwa ada banyak hal di dunia ini untuk kita jadikan tempat menuju tujuan kita. Apapun itu, yang terpenting adalah kemauan untuk terus berjalan dan berjalan sampai titik bagian bumi terbaik menurut kita. Sebenarnya tidak juga, bahkan setiap perjalanan tidak harus berlaku baik dan sempurna. Segalanya akan indah tanpa kesempurnaan.


Miral Hotel yang indah, hotel dengan budget rendah tapi kalian tidak akan percaya jika kami benar-benar nyaman. Seperti memang rumah untuk dijadikan pulang, meskipun hanya sementara. Selepas pulang berkelana tepat pukul 22.30, kami lanjut makan, karena tadi siang masih sisa. Lalu tidak lupa berdebat bahkan sampai beradu tentang film operation wedding yang malam itu tayang di tv.


Entah bagaimana akhirnya kami sama-sama tertidur dengan perut kenyang tanpa kelaparan sedikit pun hahaha.

Seharusnya memang perjalanan itu cukup sampai Batavia saja lalu kembali pulang, namun ternyata Buitenzorg seperti memanggil untuk disambangi. Pada akhirnya, kereta Manggarai kami berakhir di Stasiun Bogor. Berkelana sampai seolah menghabiskan energi dan waktu. Bersama tas yang tidak dikatakan ringan. Beruntungnya nyett gue mau tukeran tas untuk terbebani dengan air satu liter yang kami rutuki karena membeli terlalu banyak hingga sayang jika ditinggal di Mirah.

Tidak ada yang spesial, Bogor hanya sebagai tempat singgah singat. Sangat singkat. Bogor hanya sebagai tempat kami berburu oleh-oleh Kue Lapis Talas Bogor dari Sangkuriang. Setelahnya, kami kembali ke Jakarta dan pulang pada tempat dimana kami berasal.


Jika ada yang bilang perjalanan ini berakhir, maka lagi-lagi tidak. Setelah kereta pemberhentian sampai Rangkasbitung, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang dengan roda dua. Waktu menjelang magrib, kata Risa adalah waktu yang sakral. Namun kami memilih bernyanyi ria dengan lagu milik Yura dan Tulus, hingga sampai menarik atensi pria berkacamata hitam menyapa kami. Dia beberapa kali mengajak kami mengobrol hingga meminta id ig kami. Begonya, dua perempuan ini terlalu lambat menyesali setelahnya. Bukankah seharusnya diberi saja dan kita punya relasi, ya. Pria itu bilang dia dari Bogor. Setidaknya memiliki relasi jauh akan baik bukan? Namun bodoh sekali saat itu. Andai saja, andai saja waktu bisa diulang. Mungkin saja pria itu bisa jadi teman akrab kami. Tapi yasuda lah.


Menurut ku, dari semua perjalanan, yang terbaik tetaplah Lapangan Banteng dan Dancing Fountainnya. Sore itu benar-benar indah, dua anak kecil perempuan yang membawa payung, anak laki-laki yang masih bingung tentang air mancurnya kenapa berwarna. Bahkan ibu-ibu eksis seperti none Jakarta. Sore itu, Jakarta benar-benar indah.


Kami sepakat menutup perjalanan Jakarta dengan wishlist perjalanan selanjutnya. Jakarta disudahi untuk kebersamaan, mungkin selanjutnya kami akan masing-masing menyapa rindu disini. Masih banyak tempat yang harus kami kunjungi. Dah, terima kasih untuk perjalanan ini. Sampai jumpa di album selanjutnya.




Ayam suwir dan rolade buatan rumah terbaik, lupa membawa piring, untuk ada plastik bekas snack

Mirah Hotel

Sementara nyett dasteran ria

Lapangan Banteng setelah Dancing Fountain berakhir

Sebelum turun untuk pergi ke Lapangan Banteng. Dua sisi berbeda yang berteman

Menurut ku, foto hasil ku juga bagus, namun nyett selalu marah dan marah. Lalu memuji dirinya yang lebih jago KATANYA.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me