Postingan

Nyetttt 2

Gambar
29 Januari, hari keramat elu. Gue merasa tanggal ini terlalu cepat gak si? Padahal rasanya baru kemarin.  Bagian 19 elu, bagian yang sama dengan gue yang tersisa 60 hari lagi. Gue disini sebagai tetua, barangkali bakalan sedikit sharing rasanya di usia 19 yang udah gue jalanin. Ibarat ospek, gue adalah kating elu. Pertama, lagi, ucapan yang diucapkan semua orang hari ini buat elu. Selamat ulang tahun ya, selamat karena sebagai manusia lu sudah naik level. Dan lu mampu untuk sampai di level ini. Hari-hari yang sudah berusaha dan mampu lu lewati setaun ke belakang gue gak tau persis kaya apa dan gimana. Lu lebih paham dari segalanya. Dan pastinya semua yang terjadi selalu up and down. Coba deh pelan-pelan lu ingat kembali, setiap langkah-langkah kecil yang udah luar biasa lu lewatin. Kadang-kadang kita hidup terlalu cepat nyet, bahkan senin ke senin seperti bukan lagi jeda tujuh hari. Kadang kita terlalu cepat dan melewatkan beberapa hal. Salah satunya adalah tentang melihat kembali ...

Hujan Januari

Januari hari ini, setelah berjalan cukup jauh. Saya bersama segalanya merindukan pulang dan rumah tempat bagaimana segalanya memeluk dan memahami. Tak siapapun setelah Tuhan yang berlaku demikian. Tidak, ternyata bersama hujan pun, adalah kejadian manis tentang segala peluk dan kehangatan sebenarnya yang dirindukan pemilik tubuh di tempat pulang. Kabar segalanya tak seperti dikatakan baik pun tidak. Rasanya terlalu naif untuk menjadi salah satunya. Biarlah segalanya abu-abu seprrti awan sore ini yang turut serta menggandeng hujan kedamaian. Lagi, kabar dan kabar yang hadir membuat setiap lembar berterbangan menuntut tinta hitam. Seolah tak adil untuk tak diceritakan. Bagaimana ia selama ini berjalan jauh untuk sampai kembali pulang adalah hal yang tak biasa pun tak mudah. Hujan, tahukah kamu betapa luar biasa yang terjadi. Sampai-sampai diri ini sulit bercerita. Adakah cerita terbaik selain cerita yang tak bisa diungkapkan? Adakah yang dapat mengalahkan cerita terhebat selain cerita ya...

Harga tentang Penantian

Hari-hari seolah saling menghimpit dan meneriaki bahwa perjalanan ini sungguh luar biasa. Duhai, alangkah hebat tubuh bernama saya bertahan sampai titik ini. Setidaknya itulah kalimat pengulangan bagi diri saya ataupun anggota WEHOME di tiap malam. Rasanya, pencapaian tertinggi dalam hidup memanglah perihal bertahan. Alih-alih semakin hebat, tidak saya mengerti bahwa mungkinkah ini wujud kehidupan menuju kepala dua? Tidak. Tidak saya katakan bahwa semua ini buruk, hanya saja saya perlu adaptasi barangkali. Saya tidak begitu percaya diri untuk menunjukan kehebatan diri akan perjalanan ini. Pun saya tidak ingin membicarakan hal itu, namun saya ingin mengatakan bahwa disini, atas setiap hal yang menghampiri saya, saya belajar bahwa betapa dunia begitu hebat membentuk setiap alur. Menarik, merobek, menerbangkan, bahkan menjatuhkan, segalanya bukanlah ilusi namun suatu fakta yang harus ditelan bagaimanapun caranya. Namun, apakah saya berhak menanyakan atau memberontak? Duhai, tidak barangka...

Mabuk Duka

 Kepada kisah dan siapapun entah lah. Hanya sedikit cerita, siapapun yang mau mendengarkan. Entah Ayahku, Ibuku, Temanku, bahkan kamu. Siapapun yang bersedia, maka izinkan aku untuk membagi beberapa hal yang saat ini aku rasakan. Persetan atas kesediaan, faktanya aku benar-benar memaksa. Cerita ini tentang gadis rapuh yang tiap kali mabuk oleh duka. Barangkali bukan semata mata singgah, selayak angin yang kembali berhembus menjalankan tugasnya. Gadis kecil ini benar-benar didera mabuk yang berkepanjangan. Narasi bahwa hidup adalah tentang ketidakadilan dan cara bagaimana membentuk diri hingga terseok kesana kemari adalah benar. Tidak sedikitpun kalimat dan kata yang salah. Gadis ini benar-benar dibentuk oleh duka yang memabukkan. Ayahku, putrimu bercerita bahwa ia cukup merindukan hadirnya malaikat untuk memeluknya, yang bisa ia datangi untuk mengadu. Semua orang memiliki potensi menyakiti, bahkan ayah memiliki andil disitu. Bagaimana? bukankah aku tidak bisa berbohong. Ayahku, put...

Pelukan Hujan

Saya tidak mengerti apapun selain tentang rasa roti cokelat yang sukses menyapa perut setelah 15 jam kosong. Selain tentang tempat duduk sepi ditemani mereka yang asing. Berjalan melewati berbagai hal yang menjadi sapaan netra hitam yang terlalu banyak menerima air mata. Ah, tidak. Untuk apa mengeluh dan memberikan diri duka lebih dam. Kembali, saya tidak mengerti apapun selain suara bising jiwa mereka yang semakin membuat saya sepi. Semakin pula saya merasakan bahwa hening dan sepi itu adalah hanya saya. Tidak mereka, juga tidak siapapun mereka yang jiwanya selalu benar-benar hidup. Saya jatuh cinta atas segala sepi dan damai ini. Jatuh cinta atas dialog diri bersama tas yang menggenggam erat selalu. Jatuh cinta atas dialog bersama roti cokelat setelah perasaan sedikit bahagia karena mampu memakan dua potong. Bahkan saya jatuh cinta tentang segala yang menemani saya bersama sepi. Namun saat netra menatap nanar mereka yang tidak demikian, begitu saya pertanyakan. Apakah buruk dengan ke...

Dongeng untuk September

Akhir pekan ditemani musik bumi yang menenangkan. Akhir pekan penuh maaf kepada September lalu juga beberapa hal yang dilewati begitu saja meski dengan hujan. Terkadang saya adalah jiwa tanpa arah, yang meninggalkan jejaknya tergesa. Meski hujan sekalipun yang menepuk bahu agar berhenti, namun tetap saja September dan waktu seolah membuat saya harus meminta maaf atas segalanya kali ini. Hujan pertama pada Oktober, hujan yang menepuk bahu saya untuk benar-benar diam tak berkutik. Lalu saya merayakan maaf atas September dan segalanya. Ketidakhadiran September untuk sekedar singgah disini, mengingatkan saya betapa hidup dan waktu saling berlari begitu cepat hingga rasanya saya tertinggal banyak hal. Hal yang bahkan selalu menjadi pulang bagi saya. Lalu apakah pintu rumah saya masih terbuka saat ini? Apakah pintu itu masih ingin menjamu saya untuk menikmati segelas teh di tengah hujan? Entah kesalahan besar atau bagaimana, namun saya akui saya telah terlalu jauh berlari. Pelarian bersama h...

Perjalanan untuk Cinta

Ya Allah Tuhan saya yang maha baik. Begitu banyak hal yang telah terlewati. Berkali-kali disuguhkan atas hal-hal pelik nan rumit. Yang membuat saya jatuh bahkan tak sekali. Dunia ini begitu banyak memberi saya, suka maupun duka. Lalu tentang kedukaan, beberapa kali entah hal yang saya takutkan atau hal yang datang tanpa permisi lalu membuat tubuh saya terseok pada ruang duka yang membuat saya merasa bahwa hidup ini begitu luar biasa. Tuhan saya Allah yang maha kasih. Dunia yang hadir ini adalah tempat bagaimana berkali-kali saya dan tubuh ini terus berjuang menghadapi alur yang kau berikan. Saya tidak menghitung seberapa banyak suka pun duka. Namun atas setiap hal yang terjadi, saya percaya bahwa kasih sayang dan cinta mu adalah kenyataan yang cukup menguatkan saya selama ini. Tuhan saya Allah, sebaik-baik cinta dan kasih adalah dari mu. Maka tolong, berilah saya keyakinan yang tak pernah terputus atas hal itu.  Ya Allah, rumah dan pulang atas setiap lelah dan tangisan ku selama i...