Mabuk Duka
Kepada kisah dan siapapun entah lah. Hanya sedikit cerita, siapapun yang mau mendengarkan. Entah Ayahku, Ibuku, Temanku, bahkan kamu. Siapapun yang bersedia, maka izinkan aku untuk membagi beberapa hal yang saat ini aku rasakan. Persetan atas kesediaan, faktanya aku benar-benar memaksa.
Cerita ini tentang gadis rapuh yang tiap kali mabuk oleh duka. Barangkali bukan semata mata singgah, selayak angin yang kembali berhembus menjalankan tugasnya. Gadis kecil ini benar-benar didera mabuk yang berkepanjangan. Narasi bahwa hidup adalah tentang ketidakadilan dan cara bagaimana membentuk diri hingga terseok kesana kemari adalah benar. Tidak sedikitpun kalimat dan kata yang salah. Gadis ini benar-benar dibentuk oleh duka yang memabukkan.
Ayahku, putrimu bercerita bahwa ia cukup merindukan hadirnya malaikat untuk memeluknya, yang bisa ia datangi untuk mengadu. Semua orang memiliki potensi menyakiti, bahkan ayah memiliki andil disitu. Bagaimana? bukankah aku tidak bisa berbohong. Ayahku, putri mu bercerita bahwa kemarin beberapa dari mereka membuatnya jatuh, alangkah senang ia saat kamu hadir dan memberi dekapan hangat. Bahkan lebih daripada itu.
Ibuku, putrimu yang dekat namun tirai nya begitu tinggi. Ia sempat lelah dan tak ingin berbagi. Hanya padamu lah, segala duka tak ingin ia bagi. Tapi ia cukup lelah dan ingin sekali rasanya menyapa masa lalu berdua dengan mu, tanpa harus dibebani dengan tugas-tugasmu saat ini.
Temanku, temanmu begitu bahagia bersamamu. Ia hanya ingin berterima kasih dan menyampaikan pesan bahwa, kadang-kadang selain kita berbuat gila dan jauh dari realita. Temanmu, ingin sedikit diberi ruang dari sudut lain sebagai seseorang yang ia peranni. Alangkah hebat hubungan kita, namun rasanya waktu dan semesta tak sama seperti masa putih abu, hingga rasanya temanmu butuh ruang lain yang belum sempat kita temui.
Segera ingin ku sudahi segala cerita ini. Sepertinya ini adalah satu-satunya tulisan yang tidak berakhir indah. Cukup sudah.
Komentar
Posting Komentar