Postingan

Harga tentang Penantian

Hari-hari seolah saling menghimpit dan meneriaki bahwa perjalanan ini sungguh luar biasa. Duhai, alangkah hebat tubuh bernama saya bertahan sampai titik ini. Setidaknya itulah kalimat pengulangan bagi diri saya ataupun anggota WEHOME di tiap malam. Rasanya, pencapaian tertinggi dalam hidup memanglah perihal bertahan. Alih-alih semakin hebat, tidak saya mengerti bahwa mungkinkah ini wujud kehidupan menuju kepala dua? Tidak. Tidak saya katakan bahwa semua ini buruk, hanya saja saya perlu adaptasi barangkali. Saya tidak begitu percaya diri untuk menunjukan kehebatan diri akan perjalanan ini. Pun saya tidak ingin membicarakan hal itu, namun saya ingin mengatakan bahwa disini, atas setiap hal yang menghampiri saya, saya belajar bahwa betapa dunia begitu hebat membentuk setiap alur. Menarik, merobek, menerbangkan, bahkan menjatuhkan, segalanya bukanlah ilusi namun suatu fakta yang harus ditelan bagaimanapun caranya. Namun, apakah saya berhak menanyakan atau memberontak? Duhai, tidak barangka...

Mabuk Duka

 Kepada kisah dan siapapun entah lah. Hanya sedikit cerita, siapapun yang mau mendengarkan. Entah Ayahku, Ibuku, Temanku, bahkan kamu. Siapapun yang bersedia, maka izinkan aku untuk membagi beberapa hal yang saat ini aku rasakan. Persetan atas kesediaan, faktanya aku benar-benar memaksa. Cerita ini tentang gadis rapuh yang tiap kali mabuk oleh duka. Barangkali bukan semata mata singgah, selayak angin yang kembali berhembus menjalankan tugasnya. Gadis kecil ini benar-benar didera mabuk yang berkepanjangan. Narasi bahwa hidup adalah tentang ketidakadilan dan cara bagaimana membentuk diri hingga terseok kesana kemari adalah benar. Tidak sedikitpun kalimat dan kata yang salah. Gadis ini benar-benar dibentuk oleh duka yang memabukkan. Ayahku, putrimu bercerita bahwa ia cukup merindukan hadirnya malaikat untuk memeluknya, yang bisa ia datangi untuk mengadu. Semua orang memiliki potensi menyakiti, bahkan ayah memiliki andil disitu. Bagaimana? bukankah aku tidak bisa berbohong. Ayahku, put...

Pelukan Hujan

Saya tidak mengerti apapun selain tentang rasa roti cokelat yang sukses menyapa perut setelah 15 jam kosong. Selain tentang tempat duduk sepi ditemani mereka yang asing. Berjalan melewati berbagai hal yang menjadi sapaan netra hitam yang terlalu banyak menerima air mata. Ah, tidak. Untuk apa mengeluh dan memberikan diri duka lebih dam. Kembali, saya tidak mengerti apapun selain suara bising jiwa mereka yang semakin membuat saya sepi. Semakin pula saya merasakan bahwa hening dan sepi itu adalah hanya saya. Tidak mereka, juga tidak siapapun mereka yang jiwanya selalu benar-benar hidup. Saya jatuh cinta atas segala sepi dan damai ini. Jatuh cinta atas dialog diri bersama tas yang menggenggam erat selalu. Jatuh cinta atas dialog bersama roti cokelat setelah perasaan sedikit bahagia karena mampu memakan dua potong. Bahkan saya jatuh cinta tentang segala yang menemani saya bersama sepi. Namun saat netra menatap nanar mereka yang tidak demikian, begitu saya pertanyakan. Apakah buruk dengan ke...

Dongeng untuk September

Akhir pekan ditemani musik bumi yang menenangkan. Akhir pekan penuh maaf kepada September lalu juga beberapa hal yang dilewati begitu saja meski dengan hujan. Terkadang saya adalah jiwa tanpa arah, yang meninggalkan jejaknya tergesa. Meski hujan sekalipun yang menepuk bahu agar berhenti, namun tetap saja September dan waktu seolah membuat saya harus meminta maaf atas segalanya kali ini. Hujan pertama pada Oktober, hujan yang menepuk bahu saya untuk benar-benar diam tak berkutik. Lalu saya merayakan maaf atas September dan segalanya. Ketidakhadiran September untuk sekedar singgah disini, mengingatkan saya betapa hidup dan waktu saling berlari begitu cepat hingga rasanya saya tertinggal banyak hal. Hal yang bahkan selalu menjadi pulang bagi saya. Lalu apakah pintu rumah saya masih terbuka saat ini? Apakah pintu itu masih ingin menjamu saya untuk menikmati segelas teh di tengah hujan? Entah kesalahan besar atau bagaimana, namun saya akui saya telah terlalu jauh berlari. Pelarian bersama h...

Perjalanan untuk Cinta

Ya Allah Tuhan saya yang maha baik. Begitu banyak hal yang telah terlewati. Berkali-kali disuguhkan atas hal-hal pelik nan rumit. Yang membuat saya jatuh bahkan tak sekali. Dunia ini begitu banyak memberi saya, suka maupun duka. Lalu tentang kedukaan, beberapa kali entah hal yang saya takutkan atau hal yang datang tanpa permisi lalu membuat tubuh saya terseok pada ruang duka yang membuat saya merasa bahwa hidup ini begitu luar biasa. Tuhan saya Allah yang maha kasih. Dunia yang hadir ini adalah tempat bagaimana berkali-kali saya dan tubuh ini terus berjuang menghadapi alur yang kau berikan. Saya tidak menghitung seberapa banyak suka pun duka. Namun atas setiap hal yang terjadi, saya percaya bahwa kasih sayang dan cinta mu adalah kenyataan yang cukup menguatkan saya selama ini. Tuhan saya Allah, sebaik-baik cinta dan kasih adalah dari mu. Maka tolong, berilah saya keyakinan yang tak pernah terputus atas hal itu.  Ya Allah, rumah dan pulang atas setiap lelah dan tangisan ku selama i...

Mereka dan Perayaan

Malam ini, kembali saya dengan perayaan kecil. Iya, lagi-lagi Tuhan membuat saya menulis suka cita yang tak bisa saya tunda untuk tidak menuliskannya. Malam ini selain perayaan Idul Adha, juga tentang perayaan kecil untuk tubuh saya bersama mereka yang terkasih dalam hidup saya. Ayah, Nenek, bibi saya, ayolah hanya malam ini kami melakukan perayaan kecil untuk merayakan bagaimana setiap jiwa kami diberi harapan oleh semesta. Bagaimana setiap jiwa kami merasa bersuka cita untuk perjalanan hidup yang selama ini kami miliki. Meski masih dengan kisah berat, malam ini kami diberi kesempatan untuk tertawa bersama menertawakan hal-hal kecil. Harapan, penerimaan, dan sedikit tawa bukankah suatu keajaiban yang patut untuk dirayakan? Bukankah hal indah dengan segala kisah berat yang terjadi namun masih sempat untuk melakukan keajaiban demikian. Jangankan tersenyum, rasanya membuka mata pun begitu sulit ketika kisah berat terlalu mendominasi masing-masing tubuh kita hingga rasanya harapan sekecil...

Cinta yang Tidak Sempurna

Saat diri sendiri dihadapakan pada hal-hal yang selama ini biasanya menjadi minat atau ingin, namu ketika tiba-tiba hal itu menjadi sulit dan rumit untuk kita, bukan berarti kita salah memiliki emosi demikian. Bukan juga berarti kita lemah atau tidak bisa menjadi orang yang aktif. Singkatnya adalah, saya sedang merasa kehabisan ide untuk menulis. Siapapun tahu, bahwa tulisan dan sastra adalah bagian hidup saya. Bagian hidup yang selalu menjadi minat saya, kebahagiaan saya. Namun entah apa, kerumitan dan kesulitan itu ada pada saya saat ini. Sebenarnya, ini bukan hanya terjadi saat ini saja. Sebelumnya saya pernah pula merasakan hal semacam ini. Hanya saja, saya selalu denial dengan perasaan ini. Ah, rupanya saya terlalu mencintai sastra. Saat ini saya baru sadar, kenapa pada akhirnya saya dipertemukan dengan kerumitan ini. Saya tidak peduli pendapat siapapun, namun rasanya sakit sekali ketika saya tidak menemukan kata untuk tulisan saya. Ketika saya mencoba terus untuk menulis, namun t...