Postingan

Yang Tersayang

Duhai hal, duhai hari 28. Terima kasih karena telah kembali menyapa ke 19 kalinya. Duhai hari berharga, terima kasih sudah berjabat tangan untuk berkompromi saat ini. Hari ini, tidak ada hal yang istimewa. Bagi ku, setiap hari adalah istimewa. Dengan atau tanpa apapun. Seperti dengan atau tanpa hari 28, rasanya Tuhan selalu berhasil membuat ku menjadi sosok istimewa kesekian kalinya. Dan untuk itu, aku tak bosan berucap terima kasih. Maka sebenarnya, untuk hari ini hanya ada sedikit beda untuk aku barangkali mengucapkan beberapa hal yang belum sempat kuucapkan. Dan mungkin, hari ini adalah hari yang tepat untuk itu. Sesekali manusia memang harus berhenti sejenak dari sekian hal entah ringan atau memberatkan tubuh. Bagi ku, menjadi manusia perlu untuk melakukan hal ini. Sangat perlu. Maka kali ini, aku ingin berbicara pada hal-hal berharga dalam hidupku. Duhai gadis bernama aku, apa kabar? Kabar mu semoga selalu sehat yaa Kepalaku sayang, maaf karena selama ini aku selalu memberatkan...

Bagian 19

Hai, bagaimana bagian kemarin? Gak papa. Apapun yang terjadi, anda sudah betapa baik menyelesaikan. Saat ini, ada yang ingin saya ungkapkan untuk pemeran-pemeran luar biasa yang sedang menunggu. Apa kabar Nurasiva? Bagaimana perjalanan sampai di 19 saat ini? Terima kasih sudah menjadi putri untuk orang tua mu, nama mu seperti do'a untuk siapa yang ingin menyembuhkan. Terima kasih juga karena nama ini, kamu selalu berusaha menjadi siswa baik bagi tiap sekolah mu, terima kasih sudah berusaha kecil untuk perjalanan mu ya. Hai Asyifa, bagaimana perasaanmu? Are u okey? Terima kasih ya, sudah menjadi pendengar baik untuk member Wehome, terima kasih ya karena mu sedikit harapan muncul barangkali. Terima kasih juga sudah membahagiakan dirimu saat nama ini dipanggil abang paket ya, terima kasih hehehe. Hai, Syifa. Nama paling berdebu dalam kisah ini. Saya tahu, alasan anda tidak menyukai nama ini adalah, keterikatan nama ini dan keadaan keluarga anda yang terlihat sangat hitam. Nama ini,...

Episode Terbaik

Jakarta pagi, awal Maret 2022. Biar kusebut pagi ini adalah pagi terindah. Bersamaan lirik dari Sarah Kang, lalu rintik kecil dan tubuh ku yang menyatu bersama alam. Dan biar aku jujur bahwa, rutinitas ini adalah hal baru yang berharga dalam hidupku.  Hujan semakin lebat, bersamaan sepi saat ku tepikan diri pada pinggiran tak basah. Jujur saja Tuhan, ini seperti bentuk hadiahku di bulan Maret. Bulan ku dan milikku bersamaan mereka yang merayakannya. Jika orang lain menganggap aku seharusnya menyesal karena telah melewatkan tidur nyenyak dengan selimut tebal, mungkin bisa saja. Dulu, itu kudengarkan. Bahkan aku merasa, itu adalah waktu terbaik untukku. Waktu yang membuatku merasa jauh lebih baik. Tapi tidak, bangun di pagi hari saat cahaya masih malu-malu lalu kubiarkan kaki kecil ku menyisiri jalanan Jakarta yang hening, kurasa aku seharusnya menyesal karena telah mendengarkan mereka dulu.  Semua tampak sempurna pagi ini. Terapi, Maret, Sarah Kang, hujan, bahkan tanpa petir. W...

SMA NEGERI 1 CIPANAS

Februari, pada malam yang tak pernah menjadi lawan. Pada setiap hal yang pernah dan akan selalu menjadi damai. Pada setiap kebahagiaan kecil semanis strawberry merona yang mengalahkan ruangan gelap saat ini barangkali. Pada hal-hal yang berhak tertulis, maka tertulislah! Ya, saat ini, Februari. Tertulis pada saat ini, bahwa untuk beberapa kisah manis semanis strawberry yang pernah aku makan. Rasanya luar biasa, memiliki tempat yang menjadi sudut bahagia selanjutnya setelah beberapa hal sebelum itu, sampai kuanggap sebagai rumah. Banyak sekali orang di dalamnya, begitu beragam tentang apa yang menjadi kisah. Dan begitu banyak kisah manis tak bisa terlupa saat ini, atau nanti sekalipun. Sekalipun ramai menjadi benci untuk sosok aku, tapi tempat itu menjadi alasan bagaimana perasaan sosok merindu pulang bisa terobati. Jika aku ingin meromantisasi sepereti narasi mereka diluar, maka biar saja itu terjadi. Karena memang benar, aku tidak butuh naif untuk sekedar menuliskan hal-hal manis yang...

Layaknya Hujan

Di bawah tetesan jutaan rintik yang semesta pilih. Di bawah langit abu-abu layaknya layar putih yang menampilkan rentetan kejadian lalu. Seperti yang banyak dikatakan orang, seperti yang banyak diungkapkan penyair, seperti yang banyak dilantunkan penyanyi. Dan hujan, seperti yang banyak dikisahkan mereka.  Jakarta, delapan Februari di tahun 22. Saat ini, menjadi hal yang semesta pilih untuk hujan bercerita. Masih menjadi pertanyaan yang entah pada siapa akan ditujukan. Bagaimana mereka bisa banyak berbicara tentang hujan dan kenangan. Bagaimana keduanya terdengar dimana-mana. Bagaimana keduanya menjadi alunan lagu, puisi, bahkan segala hal yang menyedihkan seolah untuknya. Pertanyaan ini untuk mereka yang sempat meluangkan waktu pada tiap tetes hujan. Oh shit! Bahkan mungkin pertanyaan ini berlaku untukku. Dan jawaban itu pun hanya untuku, untuk aku sendiri. Tidak untuk kalian. Tidak sama sekali. Saat hujan turun, bahkan semakin lebat, saat itu aku merasa bahwa tidak ada yang salah...

Nyettttttt

Tes...tes...tes Oke ekhemmm... Jangan geer lu nyet. Gue tulisin di blog bukan apa-apa, lu tau kan gue kalo ngucapin di sosmed suka lebay bin aeshtetic, panjang lagi. Lebay versi gue ya btw, bukan versi jamett. Artinya itu gak lebayy. Gue kepikiran kenapa gak gue tulis di blog aja kan? Gak bakal ada yang tahu kalo gak gue share, dan lebih keren aja ye kan? kapan lagi lu diginiin. Enak banget jadi eluuuu.  Oke, lu harus baca baik-baik yaa. No skip pokoknya! oh ya satu lagi, gue pun nulis disini biar ngelatih elu suka baca. Karena lu kan mager baca, gak kaya gue pinter. Pokoknya lu harus baca pelan-pelan yeeeee. Nyett, pertama gue sebagai manusia baik mau ngucapin selamat ulang tahun yaa, yang ke 18 pastinya. Sekarang lu ada di tahun yang sama dengan gue kemarin. Paham kan? gue selalu lebih dulu dari eluu. Makanya dengerin gue biar gak sesat tahun ini. Lagi, gue mau ngucapin selamat ulang tahun, selamat merayakan hari yang notabennya milik elu. Apapun, hari ini milik eluu. Selamat ber...

Hari Ke-24

Hari ke-24 pada Januari, bahkan Tuhan mengizinkan aku untuk menulisaknannya. Entahlah, segala hal baik untuk para manusia bumi yang hari ini merayakan suka cita bersamaan dengan setiap kisah yang terjadi. Entah tawa, senyum, air mata, dan segala bentuk rasa yang menjadi film semu tak henti terputar. Hari ke-24, apa bedanya? baik kemarin, hari ini, dan esok, semua hal akan tetap sama bersama malam dan hujan yang akan tetap menyembuhkan. Sekuat apapun pemilik tawa menyapa, pemenangnya akan tetap mereka. Secantik apapun surya tersenyum, tetap saja pemenangnya adalah mereka yang ku mau. Bukan. Bukan salah mu, ini hanya tentang ingin. Jangan mencoba untuk membuatku memahami untuk itu, karena aku tidak ingin. Jangan pernah memaksa, karena untuk kesekian kalinya aku menjadi pemera jahat untuk diri sendiri perihal memaksa. Selama ini, selalu kuat dan baik-baik saja adalah kejahatan yang pernah aku lakukan pada tubuh bernama aku. Meski tubuh ingin runtuh, aku pernah memaksanya untuk tangguh. Me...