Hari Ke-24

Hari ke-24 pada Januari, bahkan Tuhan mengizinkan aku untuk menulisaknannya. Entahlah, segala hal baik untuk para manusia bumi yang hari ini merayakan suka cita bersamaan dengan setiap kisah yang terjadi. Entah tawa, senyum, air mata, dan segala bentuk rasa yang menjadi film semu tak henti terputar. Hari ke-24, apa bedanya? baik kemarin, hari ini, dan esok, semua hal akan tetap sama bersama malam dan hujan yang akan tetap menyembuhkan. Sekuat apapun pemilik tawa menyapa, pemenangnya akan tetap mereka. Secantik apapun surya tersenyum, tetap saja pemenangnya adalah mereka yang ku mau. Bukan. Bukan salah mu, ini hanya tentang ingin. Jangan mencoba untuk membuatku memahami untuk itu, karena aku tidak ingin. Jangan pernah memaksa, karena untuk kesekian kalinya aku menjadi pemera jahat untuk diri sendiri perihal memaksa. Selama ini, selalu kuat dan baik-baik saja adalah kejahatan yang pernah aku lakukan pada tubuh bernama aku. Meski tubuh ingin runtuh, aku pernah memaksanya untuk tangguh. Meski ku tahu, Tuhan pun tidak pernah dan tidak akan melakukan itu.


Seseorang ingin berlari jauh, sejauh bumi pada langit yang tabah. Seseorang ingin menjauh pada setiap hal yang meninggalkan bekas cukup buruk. Tapi sejauh apapun air, ia tetaplah air yang akan bertemu kawannya pada waktu, tempat, dan suasana entah apa. Seperti air yang diam namun bergerak. Ingin lari sejauh mungkin, pada hal-hal yang menjadi ingin untuknya. Air bukan oase yang hadirnya mengundang legah, bukan. Jika oase menjadi hadir yang diinginkan meski tanpa pasti, tidak seperti air. Meski berjalan, ada atau tidak, apa yang mau mereka bicarakan? dia tetap air yang seharusnya mengalir. Seperti itu, seperti memandang seharusnya. Karena seharusnya, air pun tidak menuntut apapun pada siapapun. Tempatnya tetaplah seperti sekarang, apa yang bisa ia lakukan selain terus mengalir. Lelah atau tidak, dia telah terbiasa untuk tidak mengeluh. Apapn yang terjadi, apapun yang ia rasakan, apapun yang ia alami, air akan tetap menjadi air yang berbuat jahat pada dirinya sendiri. Menjadi kuat yang seperti seharusnya.


Dalam hal menyalahkan, tidak ada yang lebih baik dari menyalahkan dia. Dia yang selama ini seperti air. Persetan dengan segala hal kasih, untuk kali ini ia perlu disalahkan agar tidak melulu menjadi tangguh untuk sekali rapuh. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me