Layaknya Hujan

Di bawah tetesan jutaan rintik yang semesta pilih. Di bawah langit abu-abu layaknya layar putih yang menampilkan rentetan kejadian lalu. Seperti yang banyak dikatakan orang, seperti yang banyak diungkapkan penyair, seperti yang banyak dilantunkan penyanyi. Dan hujan, seperti yang banyak dikisahkan mereka. 


Jakarta, delapan Februari di tahun 22. Saat ini, menjadi hal yang semesta pilih untuk hujan bercerita. Masih menjadi pertanyaan yang entah pada siapa akan ditujukan. Bagaimana mereka bisa banyak berbicara tentang hujan dan kenangan. Bagaimana keduanya terdengar dimana-mana. Bagaimana keduanya menjadi alunan lagu, puisi, bahkan segala hal yang menyedihkan seolah untuknya. Pertanyaan ini untuk mereka yang sempat meluangkan waktu pada tiap tetes hujan. Oh shit! Bahkan mungkin pertanyaan ini berlaku untukku.


Dan jawaban itu pun hanya untuku, untuk aku sendiri. Tidak untuk kalian. Tidak sama sekali.



Saat hujan turun, bahkan semakin lebat, saat itu aku merasa bahwa tidak ada yang salah. Bahkan kenapa harus menyalahkan? kenapa seolah hujan selalu alasan dibalik gagal setiap rencana. Saat ia turun, aku memahami bahwa, tidak apa-apa jika sesekali ia turun untuk melihat semesta dari sisi lainnya. Untuk melihat bahwa ada hal lain dari sekedar menjemur baju, maka seharusnya tidak apa-apa. Saat ia turun, aku menegerti bahwa tidak apa-apa jika sesekali bumi terdengar berisik. Tidak apa-apa jika sesekali langit tidak secerah biru biasanya. Tidak apa-apa jika sesekali kaki mu basah menginjak tanah. Tidak apa-apa. Bahwa, tidak apa-apa jika hujan turun. 


karena setiap hal yang hadir, seharusnya memang tidak apa-apa. Seperti layaknya memaknai ketidak apa-apaan hujan. Seperti halnya segala hal yang mejadi kisah, bahwa sesekali tidak apa-apa jika hadir. Hujan akan berlalu walau hati mu kesal tak berujung. Mengumpat seolah segalanya memburuk karena kehadirannya. Hujan akan tetap hadir dan berlalu meski ada banyak tangan yang menolaknya. Hujan akan tetap berlalu. Lalu seperti biasa, dengan semesta yang mereka harapkan.

Saat ini aku memahami bahwa setiap hal ada atau tiada layaknya hujan, suka tidak suka, menerima atau tidak, dia akan tetap hadir lalu berlalu. Untuk apa menghabiskan energi pada kekesalan, jika disaat yang sama ada indomie yang menunggu mu untuk sedikit membuat semuanya lebih baik barangkali. Aku memahami bahwa, pada hal-hal yang sulit diiterima, lebih baik kita meringankan diri sendiri pada kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang bisa diciptakan. Itu lebih baik dari wajah kesal karena hujan tak kunjung reda. Lagi, semuanya akan tetap berjalan, apapun bentuk suasana hati mu.


Dan aku, selalu ingin menjadi sosok pluvhiofile. Yang selalu bahagia atas turunnya, yang selalu menerima. Ya, ku harap seperti itu. Bahkan selebat apapun ia turun, aku bersemoga agar segalanya seperti makna hujan untuk seorang aku. Pun untuk segala hal yang hadir, kuharap sebisa itu aku menerima kedatangannya. Layaknya hujan. Karena, setiap hal akan terus berlalu...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me