Layaknya Hujan
Di bawah tetesan jutaan rintik yang semesta pilih. Di bawah langit abu-abu layaknya layar putih yang menampilkan rentetan kejadian lalu. Seperti yang banyak dikatakan orang, seperti yang banyak diungkapkan penyair, seperti yang banyak dilantunkan penyanyi. Dan hujan, seperti yang banyak dikisahkan mereka. Jakarta, delapan Februari di tahun 22. Saat ini, menjadi hal yang semesta pilih untuk hujan bercerita. Masih menjadi pertanyaan yang entah pada siapa akan ditujukan. Bagaimana mereka bisa banyak berbicara tentang hujan dan kenangan. Bagaimana keduanya terdengar dimana-mana. Bagaimana keduanya menjadi alunan lagu, puisi, bahkan segala hal yang menyedihkan seolah untuknya. Pertanyaan ini untuk mereka yang sempat meluangkan waktu pada tiap tetes hujan. Oh shit! Bahkan mungkin pertanyaan ini berlaku untukku. Dan jawaban itu pun hanya untuku, untuk aku sendiri. Tidak untuk kalian. Tidak sama sekali. Saat hujan turun, bahkan semakin lebat, saat itu aku merasa bahwa tidak ada yang salah...