Dan Lautan Dua
"Aku takut terbang.
Karena di lautan itu aku merasa aman, merasa damai, merasa pada akhirnya aku rela mati disana. Aku ingin pada suatu hari nanti, lautan tersebut bisa berubah menjadi cerah, agar kita bisa melihat langit bersama.
Bolehkah aku memilikinya"
Aku membuka kotak lama, lalu seseorang pernah mengatakan itu kepada ku, betapa hebat manusia saling berbagi, mengasihi, dan memberi setiap hal yang ia miliki agar bisa bersama sedalam apapun lautan itu.
Aku tidak tahu tulisan ini akan kah membantu atau tidak. Tidak ada keputusan serta pilihan yang benar pun salah, manusia tidak memiliki hak di dalamnya.
Lebih dari seratus hari aku menari di bawah langit yang bukan hanya memberikan hujan, namun warna lain meski tidak sempurna. Aku merasa hangat, dicintai, dikasihi, dan memiliki alasan kenapa aku harus sedikit hidup lebih lama. Aku selalu mempertanyakan, apakah benar-benar ada yang mampu bersama ku, mencintai, mengasihi, lalu memeluk dan menari bersama hujan dengan manusia seperti ku? Aku tidak pernah berbohong, pertanyaan ini selalu ku ulang hampir setiap hari.
Aku selalu mengatakan bahwa aku tidak pernah berani mencari kebahagiaan, senyuman, bahkan tawa. Aku tidak pernah berani untuk itu, karena bagi ku hujan tetaplah hujan yang akan turun begitu deras membawa duka bahkan saat tadi pagi langit cerah sekalipun.
Apa yang aku tulis dan bicarakan ini mungkin tidaklah tepat untuk mu saat ini, betapa beratnya kamu harus memikirkan banyak hal di situasi seperti ini. Tapi maaf, aku harus segera mengatakannya.
Aku memahami perasaan mu, meski tidak sehebat kamu. Aku selalu berusaha mengasihi dan memberi apa yang bisa aku beri untuk mu.
Aku tidak tahu persis apa yang mengganggu pikiran mu, mengganggu hati mu, dan jelasnya aku tidak tahu persis apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya melihat apa yang terlihat dan terdengar oleh diri ku.
Langit, apa yang membebani mu ingin sekali rasanya ku bagi dengan ku. Duka dan luka itu, bolehkah juga aku merasakannya? Persis sekali seperti yang kamu rasakan. Dengan syarat kita tetap bersama apapun yang terjadi. Hitam atau pun putih saat bersama mu, aku rela mati di dalamnya. Begitulah hidup membentuk ku menjadi sosok yang entah seperti apa di mata mu saat ini.
Beberapa kali aku mendengar keseriusan itu kamu katakan, tentang rumah dan kita yang menjadi mimpi di masa depan. Tentang banyak hal di penghujung hari yang kita semogakan, tentang hari dimana aku milikmu begitupun kamu milikku. Apa kamu masih ingat? Karena hal itulah yang memberanikan ku untuk menulis di sini.
Kamu tahu? Berapa banyak tarian hujan yang ku lakukan saat ia turun? Berapa banyak rasa sakit yang telah ku terima saat harus basah? Lalu berapa banyak keinginan untuk terus melakukan hal yang sama terus berulang dalam pikiran ku? Seketika aku melupakan betapa hujan membuat ku susah karena basah, betapa ia mengganggu ku saat harus terbatuk, betapa ia harus membuat ku susah dengan selimut yang tebal. Tapi, kerinduan serta keinginan untuk kembali bersamanya tidak pernah sedikitpun pergi dari ingatan ku. Aku ingin mati, meski harus dengan hujan sekalipun.
Aku mencintainya, menyayangi, mengasihi, dan memberi banyak hal sebaik yang aku miliki. Tidak ada yang sempurna, namun aku selalu berusaha memberi yang terbaik. Hujan dan kamu begitulah, dua alasan kenapa hidup menemani ku sampai saat ini.
Aku ingin mengatakan bahwa, aku mencintai hujan berikut banyak hal yang menyakiti ku karenanya. Tidak peduli ada berapa banyak tetesan hujan yang berakhir luka untuk ku, biarkan saja. Biarkan semua terjadi diantara suka dan duka berhujan. Tidak perlu dibicarakan lagi, karena aku mencintainya.
Dan langit begitu pun kamu, aku ingin tetap bersama mu dengan hujan atau pun tidak, bahkan saat warna mu hitam pekat biarkan saja. Kita bisa bersama saling memegang tangan lalu memeluk luka, kita bisa bersama sampai hujan-hujan berikutnya, aku ingin mati bersama banyak hal yang memberi alasan ku hidup saat ini.
Berapa lama waktu yang harus ku bunuh untuk hari itu? Beri tahu saja aku. Berapa banyak ketidakpastian yang harus kurasakan nanti? Berapa banyak kerinduan yang harus ku tabung nanti? Berapa banyak setiap luka yang harus ku jamu nanti? Tolong biarkan aku merasakannya. Jangan larang aku seperti kemarin.
Hanya bersama mu aku ingin terluka dengan indah. Beri aku alasan hidup sedikit lebih lama meski pada akhirnya aku akan mati karenanya. Kita bisa hidup berdua meski dalam ruang tergelap sekalipun, menangis dan tertawa di waktu yang sama lalu kemanapun kamu pergi biar aku jadi tempat kamu pulang.
Bisakah aku meminta itu kepada mu? Sebuah ikatan sampai waktu itu tiba. Sebuah ikatan dengan simbol yang menjadi bukti keseriusan betapa kita harus mati bersama. Aku ingin menemani kamu, dalam kegelapan dan hidup yang menurut mu tidak indah itu, izinkan aku menemani mu, tidak peduli apa yang kamu pikirkan tentang ku, aku hanya memberi bukti keseriusan bahwa aku ingin mati bersama salah satu alasan ku untuk hidup sampai saat ini.
Aku tidak ingin menjadi beban mu atau memberatkan apapun yang menjadi jalan ke depan bagi mu, aku bersuka cita karenanya. Namun, bolehkah aku menemani mu dalam perjalanan ini? Semua yang terjadi nanti, biarkan saja terjadi. Kita bisa sama-sama merayakannya.
Sebelum kamu pergi, apa kamu bisa mempertimbangkan untuk ikatan yang aku maksud?
Di langit yang luas awan-awan bergelayut seperti mimpi yang terombang-ambing di angkasa. Mereka bergerak tanpa arah, bagi mereka kepastian adalah ketidak pastian. Kesini kesana terus berkelana.
BalasHapusLangit tau bakal datang malam, bakal datang siang. Tapi dia tidak bisa berhenti terbang yang di dalam hati yang selalu bimbang.
Tak seperti lautan yang memiliki pasang surut yang teratur, langit tetaplah menjadi misteri yang tak terpecahkan. Burung-burung terbang di atasnya dengan kebebasan yang mempesona, tetapi langit masih merasa terjebak dalam kekosongan yang tak terduga.
Namun, meskipun langit bimbang dan tak tau arah, tetap ada keindahan yang terpancar dari kegelisahannya. Seolah menciptakan lukisan alam yang abadi dan menggetarkan jiwa setiap yang memandangnya.
Langit berkata untuk terakhir kalinya, "Jangan berhenti dan menunggu untuknya".