Oktober
Jakarta malam yang dingin. Seperti teman yang menjadi bising paling merdu ditelingaku. Jakarta malam bersama akhir Oktober. Pada tulisan ini, aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada Oktober, lalu membuka pintu untuk November yang lagi-lagi kuselipkan do'a terbaik didalamnya. Benar kata orang, Jakarta dimalam hari lebih romantis. Walaupun tidak ada yang mengalahkan romantisnya Halimunda dan Bandung. Tapi tiap sudut gemerlapnya, berhasil menarikku untuk berbicara pada 'sampai jumpa' yang satu jam setengah lagi akan menyapa. Ya, untuk Oktober. Untuk bulan yang penuh dengan hujan. Untuk bulan yang pernah membawa sosok itu kembali hadir. Untuk bulan yang telah menjadi akhir dan awal ku. Untuk bulan, yang bisa kukatakan bulan terbaik. Entah kenapa, untuk kali ini izinkan aku untuk memujinya. Bukan. Bukan perihal apa yang ku dapatkan, tapi perihal lain yang bagiku sangat berharga. Lebih berharga dari tumpukan do'a ku pada semesta. Lebih berharga dari semua harapan dan kei...