Oktober
Jakarta malam yang dingin. Seperti teman yang menjadi bising paling merdu ditelingaku. Jakarta malam bersama akhir Oktober. Pada tulisan ini, aku ingin mengucapkan selamat tinggal pada Oktober, lalu membuka pintu untuk November yang lagi-lagi kuselipkan do'a terbaik didalamnya.
Benar kata orang, Jakarta dimalam hari lebih romantis. Walaupun tidak ada yang mengalahkan romantisnya Halimunda dan Bandung. Tapi tiap sudut gemerlapnya, berhasil menarikku untuk berbicara pada 'sampai jumpa' yang satu jam setengah lagi akan menyapa. Ya, untuk Oktober. Untuk bulan yang penuh dengan hujan. Untuk bulan yang pernah membawa sosok itu kembali hadir. Untuk bulan yang telah menjadi akhir dan awal ku. Untuk bulan, yang bisa kukatakan bulan terbaik. Entah kenapa, untuk kali ini izinkan aku untuk memujinya. Bukan. Bukan perihal apa yang ku dapatkan, tapi perihal lain yang bagiku sangat berharga. Lebih berharga dari tumpukan do'a ku pada semesta. Lebih berharga dari semua harapan dan keinginan. Jujur saja, aku pun sulit menuliskannya. Barangkali, butuh bahasa terbaik untuk mengungkapkannya. Iya begitu mungkin.
Terima kasih Oktober, terima kasih banyak. Terima kasih sekali lagi. Bersama mu aku damai dan tenang. Mungkin andil hujan pun ada disini. Karena sudah ku bilang di blog sebelumnya, hujan tidak pernah gagal membuat mood ku baik. Dan mungkin nanti, semoga teraneh lainnya, aku akan meminta agar Tuhan memberikan hujan setiap saat. Bukan. Maksudku, setiap aku butuh, dia harus datang. Boleh? Semoga saja.
Dan besok. November dengan sambutan terbaiknya. Aku menunggu harimu. Akan seperti apa nanti, kuharap lebih baik dari baiknya Oktober. Kuharap, tenang dan damai bisa kita bicarakan disini. Mulai saat ini, aku tidak akan meminta apapun selain kebaikan Tuhan dan semesta atas perjalanan hidupku. Dan aku percaya itu. Aku sangat percaya
Komentar
Posting Komentar