Laut Malam
Tujuh hari sebelum Oktober berakhir, pada saat langit bertemu lautan dalam garis kegelapan yang sama. Malam yang gelap, bersama sedikit cahaya bintang yang mengingatkan ku bahwa setiap hal tidak serta merta hitam, bahwa ternyata malam gelap sekalipun tetap Tuhan suguhi bintang, namun kali ini aku urung membicarakan bintang. Biarkan saja tulisan ini entah kemana, entah sampai mana, dan entah bagaimana jadinya. Tuhan, jika saja malam ini satu tetes hujan turun untuk memelukku, maka aku tidak akan berpikir dua kali untuk lari dan memeluknya. Aku ingin hujan untuk ke sekian kalinya, seperti saat aku membutuhkan mu disaat-saat tergelap, begitupun hujan setelahnya. Tuhan, bagaimana lautan tercipta dengan keindahan warnanya, biru yang jernih sampai gelap tergelap ia dapati. Seharusnya lautan tidak perlu merepotkan orang lain untuk memahaminya. Seharusnya lautan tidak rumit untuk dipahami siapapun. Seharusnya lautan hanya satu wajah dirinya. Seharusnya apa yang mereka lihat begitulah seharusny...