Postingan

SMA NEGERI 1 CIPANAS

Februari, pada malam yang tak pernah menjadi lawan. Pada setiap hal yang pernah dan akan selalu menjadi damai. Pada setiap kebahagiaan kecil semanis strawberry merona yang mengalahkan ruangan gelap saat ini barangkali. Pada hal-hal yang berhak tertulis, maka tertulislah! Ya, saat ini, Februari. Tertulis pada saat ini, bahwa untuk beberapa kisah manis semanis strawberry yang pernah aku makan. Rasanya luar biasa, memiliki tempat yang menjadi sudut bahagia selanjutnya setelah beberapa hal sebelum itu, sampai kuanggap sebagai rumah. Banyak sekali orang di dalamnya, begitu beragam tentang apa yang menjadi kisah. Dan begitu banyak kisah manis tak bisa terlupa saat ini, atau nanti sekalipun. Sekalipun ramai menjadi benci untuk sosok aku, tapi tempat itu menjadi alasan bagaimana perasaan sosok merindu pulang bisa terobati. Jika aku ingin meromantisasi sepereti narasi mereka diluar, maka biar saja itu terjadi. Karena memang benar, aku tidak butuh naif untuk sekedar menuliskan hal-hal manis yang...

Layaknya Hujan

Di bawah tetesan jutaan rintik yang semesta pilih. Di bawah langit abu-abu layaknya layar putih yang menampilkan rentetan kejadian lalu. Seperti yang banyak dikatakan orang, seperti yang banyak diungkapkan penyair, seperti yang banyak dilantunkan penyanyi. Dan hujan, seperti yang banyak dikisahkan mereka.  Jakarta, delapan Februari di tahun 22. Saat ini, menjadi hal yang semesta pilih untuk hujan bercerita. Masih menjadi pertanyaan yang entah pada siapa akan ditujukan. Bagaimana mereka bisa banyak berbicara tentang hujan dan kenangan. Bagaimana keduanya terdengar dimana-mana. Bagaimana keduanya menjadi alunan lagu, puisi, bahkan segala hal yang menyedihkan seolah untuknya. Pertanyaan ini untuk mereka yang sempat meluangkan waktu pada tiap tetes hujan. Oh shit! Bahkan mungkin pertanyaan ini berlaku untukku. Dan jawaban itu pun hanya untuku, untuk aku sendiri. Tidak untuk kalian. Tidak sama sekali. Saat hujan turun, bahkan semakin lebat, saat itu aku merasa bahwa tidak ada yang salah...

Nyettttttt

Tes...tes...tes Oke ekhemmm... Jangan geer lu nyet. Gue tulisin di blog bukan apa-apa, lu tau kan gue kalo ngucapin di sosmed suka lebay bin aeshtetic, panjang lagi. Lebay versi gue ya btw, bukan versi jamett. Artinya itu gak lebayy. Gue kepikiran kenapa gak gue tulis di blog aja kan? Gak bakal ada yang tahu kalo gak gue share, dan lebih keren aja ye kan? kapan lagi lu diginiin. Enak banget jadi eluuuu.  Oke, lu harus baca baik-baik yaa. No skip pokoknya! oh ya satu lagi, gue pun nulis disini biar ngelatih elu suka baca. Karena lu kan mager baca, gak kaya gue pinter. Pokoknya lu harus baca pelan-pelan yeeeee. Nyett, pertama gue sebagai manusia baik mau ngucapin selamat ulang tahun yaa, yang ke 18 pastinya. Sekarang lu ada di tahun yang sama dengan gue kemarin. Paham kan? gue selalu lebih dulu dari eluu. Makanya dengerin gue biar gak sesat tahun ini. Lagi, gue mau ngucapin selamat ulang tahun, selamat merayakan hari yang notabennya milik elu. Apapun, hari ini milik eluu. Selamat ber...

Hari Ke-24

Hari ke-24 pada Januari, bahkan Tuhan mengizinkan aku untuk menulisaknannya. Entahlah, segala hal baik untuk para manusia bumi yang hari ini merayakan suka cita bersamaan dengan setiap kisah yang terjadi. Entah tawa, senyum, air mata, dan segala bentuk rasa yang menjadi film semu tak henti terputar. Hari ke-24, apa bedanya? baik kemarin, hari ini, dan esok, semua hal akan tetap sama bersama malam dan hujan yang akan tetap menyembuhkan. Sekuat apapun pemilik tawa menyapa, pemenangnya akan tetap mereka. Secantik apapun surya tersenyum, tetap saja pemenangnya adalah mereka yang ku mau. Bukan. Bukan salah mu, ini hanya tentang ingin. Jangan mencoba untuk membuatku memahami untuk itu, karena aku tidak ingin. Jangan pernah memaksa, karena untuk kesekian kalinya aku menjadi pemera jahat untuk diri sendiri perihal memaksa. Selama ini, selalu kuat dan baik-baik saja adalah kejahatan yang pernah aku lakukan pada tubuh bernama aku. Meski tubuh ingin runtuh, aku pernah memaksanya untuk tangguh. Me...

Pada Saat-Saat Berharga

Pada saat saat yang berharga, hal yang menjadi alasan mengapa hari ini harus berbaik hati untuk setiap peran. Hal berharga itu sesederhana playlist favorit lalu diiringi dingin yang romantis. Kurasa, Tuhan kali ini memanjakan ku. Segala puji bagi mu Tuhan, yang telah membahagiakan aku. Dan teruntuk hal itu, hal yang membuatku duduk lalu larut dalam iringan lagu indah. Aduhai bahagia, terima kasih telah menyapa ku, aku sangat menghargai kehadiran mu.  Pada saat-saat yang berharga, tentang segala hal yang indah. Terkadang aku berpikir, bagaimana manusia melihat itu? Bagaimana mereka mengerti hal itu? Bagaimana manusia mencipta hal itu? Bertanya, lalu bertukar dengan mereka, mungkin akan menyenangkan. Bagaimana sebagai makhluk bumi mencoba mempertahankan segala hal baik yang Tuhan beri, oh shit! Tuhan selalu memberikan hal baik. Dan Tuhan memahami segala hal yang menjadi alasan dari setiap tanya yang selalu hebat manusia tanyakan. Do'a baik, untuk setiap manusia hebat diluar sana. Ter...

Untuk Tahun 21

Sebenarnya gue bikin buat member Wehome dalam rangka akhir tahun 21. Cuma ini pun berlaku untuk kalian semua, pun untuk gue.  Surat akhir tahun Kepada kamu, sosok luar biasa di tahun ini  Hai, bagaimana perasaan kamu saat ini? Saya turut merasakan apa yang kamu rasakan. Saya menghargai perasaan kamu, sebagai sosok yang selalu kuat, bahkan selalu tersenyum. Bahkan saya sangat menghargai usaha kamu membaca surat akhir tahun ini. Terima kasih ya  Bagaimana  tahun ini? Iya, saya paham sekali.  Saya sangat paham bagaimana kamu satu tahun ini berproses. Begitu hebat saat kamu dijatuhkan berkali-kali, bahkan sampai titik terbawah sekalipun, saat ini kamu masih tetap hadir sebagai sosok hebat yang sedang saya bicarakan. Kamu hebat, saya tahu itu. Saya tidak akan bertanya perihal apa yang kamu raih atau apa yang kamu gagalkan di tahun ini. Tidak. Saya tidak akan bertanya itu. Saya tahu bagaimana kamu selama ini berusaha semampu yang kamu bisa. Dengan segala usaha itu...

Merayu Tuhan

Malam yang didominasi pekat, gelap, sunyi, dan segala yang kosong, rasanya itu lebih dari cukup dari bunyi klakson, jeritan, bahkan lampu ruangan yang terang. Gaduh. Berisik dan menyebalkan. Begitulah sosok aku yang membenci sudut lain yang semesta suguhkan. Iya, katakan saja jika aku tidak layak untuk definisi syukur.  Tuhan, malam ini kenapa rasa ingin untuk sesuatu hal yang rumit begitu besar? Mengapa malam ini? Malam disaat semua yang kuingin adalah sebagian kecil dari keinginan terbesarku. Bukan. Bukan lagi menjadi satu sosok, bukan lagi menggapai sesuatu, bukan lagi mendatangi satu tujuan, bukan lagi mendapatkan segala hal yang terdamba selama ini. Bukan. Setelah beberapa waktu kemarin aku yang sempat berdebat hebat dengan segala yang sempat mengoyak tubuh habis-habisan, ku ambil satu hal yang berharga adalah, bahwa hidup yang terbaik hanyalah tentang ketenangan. Bagaimana aku bisa memberikan setiap rasa tenang, dalam setiap waktu, dalam setiap langkah, bahkan disaat tubuhku ...