Postingan

Nyettttttt

Tes...tes...tes Oke ekhemmm... Jangan geer lu nyet. Gue tulisin di blog bukan apa-apa, lu tau kan gue kalo ngucapin di sosmed suka lebay bin aeshtetic, panjang lagi. Lebay versi gue ya btw, bukan versi jamett. Artinya itu gak lebayy. Gue kepikiran kenapa gak gue tulis di blog aja kan? Gak bakal ada yang tahu kalo gak gue share, dan lebih keren aja ye kan? kapan lagi lu diginiin. Enak banget jadi eluuuu.  Oke, lu harus baca baik-baik yaa. No skip pokoknya! oh ya satu lagi, gue pun nulis disini biar ngelatih elu suka baca. Karena lu kan mager baca, gak kaya gue pinter. Pokoknya lu harus baca pelan-pelan yeeeee. Nyett, pertama gue sebagai manusia baik mau ngucapin selamat ulang tahun yaa, yang ke 18 pastinya. Sekarang lu ada di tahun yang sama dengan gue kemarin. Paham kan? gue selalu lebih dulu dari eluu. Makanya dengerin gue biar gak sesat tahun ini. Lagi, gue mau ngucapin selamat ulang tahun, selamat merayakan hari yang notabennya milik elu. Apapun, hari ini milik eluu. Selamat ber...

Hari Ke-24

Hari ke-24 pada Januari, bahkan Tuhan mengizinkan aku untuk menulisaknannya. Entahlah, segala hal baik untuk para manusia bumi yang hari ini merayakan suka cita bersamaan dengan setiap kisah yang terjadi. Entah tawa, senyum, air mata, dan segala bentuk rasa yang menjadi film semu tak henti terputar. Hari ke-24, apa bedanya? baik kemarin, hari ini, dan esok, semua hal akan tetap sama bersama malam dan hujan yang akan tetap menyembuhkan. Sekuat apapun pemilik tawa menyapa, pemenangnya akan tetap mereka. Secantik apapun surya tersenyum, tetap saja pemenangnya adalah mereka yang ku mau. Bukan. Bukan salah mu, ini hanya tentang ingin. Jangan mencoba untuk membuatku memahami untuk itu, karena aku tidak ingin. Jangan pernah memaksa, karena untuk kesekian kalinya aku menjadi pemera jahat untuk diri sendiri perihal memaksa. Selama ini, selalu kuat dan baik-baik saja adalah kejahatan yang pernah aku lakukan pada tubuh bernama aku. Meski tubuh ingin runtuh, aku pernah memaksanya untuk tangguh. Me...

Pada Saat-Saat Berharga

Pada saat saat yang berharga, hal yang menjadi alasan mengapa hari ini harus berbaik hati untuk setiap peran. Hal berharga itu sesederhana playlist favorit lalu diiringi dingin yang romantis. Kurasa, Tuhan kali ini memanjakan ku. Segala puji bagi mu Tuhan, yang telah membahagiakan aku. Dan teruntuk hal itu, hal yang membuatku duduk lalu larut dalam iringan lagu indah. Aduhai bahagia, terima kasih telah menyapa ku, aku sangat menghargai kehadiran mu.  Pada saat-saat yang berharga, tentang segala hal yang indah. Terkadang aku berpikir, bagaimana manusia melihat itu? Bagaimana mereka mengerti hal itu? Bagaimana manusia mencipta hal itu? Bertanya, lalu bertukar dengan mereka, mungkin akan menyenangkan. Bagaimana sebagai makhluk bumi mencoba mempertahankan segala hal baik yang Tuhan beri, oh shit! Tuhan selalu memberikan hal baik. Dan Tuhan memahami segala hal yang menjadi alasan dari setiap tanya yang selalu hebat manusia tanyakan. Do'a baik, untuk setiap manusia hebat diluar sana. Ter...

Untuk Tahun 21

Sebenarnya gue bikin buat member Wehome dalam rangka akhir tahun 21. Cuma ini pun berlaku untuk kalian semua, pun untuk gue.  Surat akhir tahun Kepada kamu, sosok luar biasa di tahun ini  Hai, bagaimana perasaan kamu saat ini? Saya turut merasakan apa yang kamu rasakan. Saya menghargai perasaan kamu, sebagai sosok yang selalu kuat, bahkan selalu tersenyum. Bahkan saya sangat menghargai usaha kamu membaca surat akhir tahun ini. Terima kasih ya  Bagaimana  tahun ini? Iya, saya paham sekali.  Saya sangat paham bagaimana kamu satu tahun ini berproses. Begitu hebat saat kamu dijatuhkan berkali-kali, bahkan sampai titik terbawah sekalipun, saat ini kamu masih tetap hadir sebagai sosok hebat yang sedang saya bicarakan. Kamu hebat, saya tahu itu. Saya tidak akan bertanya perihal apa yang kamu raih atau apa yang kamu gagalkan di tahun ini. Tidak. Saya tidak akan bertanya itu. Saya tahu bagaimana kamu selama ini berusaha semampu yang kamu bisa. Dengan segala usaha itu...

Merayu Tuhan

Malam yang didominasi pekat, gelap, sunyi, dan segala yang kosong, rasanya itu lebih dari cukup dari bunyi klakson, jeritan, bahkan lampu ruangan yang terang. Gaduh. Berisik dan menyebalkan. Begitulah sosok aku yang membenci sudut lain yang semesta suguhkan. Iya, katakan saja jika aku tidak layak untuk definisi syukur.  Tuhan, malam ini kenapa rasa ingin untuk sesuatu hal yang rumit begitu besar? Mengapa malam ini? Malam disaat semua yang kuingin adalah sebagian kecil dari keinginan terbesarku. Bukan. Bukan lagi menjadi satu sosok, bukan lagi menggapai sesuatu, bukan lagi mendatangi satu tujuan, bukan lagi mendapatkan segala hal yang terdamba selama ini. Bukan. Setelah beberapa waktu kemarin aku yang sempat berdebat hebat dengan segala yang sempat mengoyak tubuh habis-habisan, ku ambil satu hal yang berharga adalah, bahwa hidup yang terbaik hanyalah tentang ketenangan. Bagaimana aku bisa memberikan setiap rasa tenang, dalam setiap waktu, dalam setiap langkah, bahkan disaat tubuhku ...

Bersama Hujan Aku Ingin

Lagi. Kepada hujan yang jatuh setelah maghrib kali ini, bersama saundtrack film Dilan yg menjadi latar belakang serta kolaborasi indah bersama rintik hujan. Sungguh Tuhan, ini cukup bagi ku. Terima kasih untuk hujan ke sekian kalinya.  Tak ada yang istimewa dalam tulisan kali ini, hanya setumpuk frasa yang kucoba rangkai atas mau hujan. Ku harap, kalian tidak pernah bosan dengan hujan dan tulisan yang selalu datang bersama-sama. Sampai sekarang, untuk paham tentang setiap bagaimana dari itu, aku tidak memaksa untuk mencarinya. Bukan memaksa, tapi lebih tidak ingin untuk itu.  Kali ini, aku ingin berbicara sedikit tentang hal yang akhirnya bisa ku ungkapkan. Bukan. Maksudku tentang hal yang akhirnya bisa kurasakan. Disini, berhari-hari ku lalui. Jakarta bersama kehidupan baru, orang baru, tempat tidur baru, dan segala hal terasa lahir kembali. Segala hal terasa mulai kembali hidup, sejak kemarin mati tertutup kabut sedu. Jujur saja, kehidupan yang ku jalani saat ini adalah hidu...

Aku Adalah Hujan

12 November, 2021. Lima belas menit pada pukul lima sore. Dan Jakarta sore ini benar-benar gelap. Sangat gelap. Tidak seperti biasanya. Hukum alam adalah ketika aku yang selalu menarik diri untuk menulis disaat-saat seperti ini. Entah apa yang akan aku tulis, apa yang akan aku bicarakan, entahlah. Aku tidak tahu.  Seperti hujan yang sendiri walau ramai, dingin yang sesak saat menyapa tubuh. Aku selalu menganggap diriku adalah sosok hujan. Melankolis kata orang. Ramai, tapi tidak seramai itu. Hujan yang ramai bukan untuk hati yang sepi. Bukan untuk peluk ayah, cium ibu yang hadir. Hujan tidak sesempurna itu. Belum lagi bersama petir dan segala drama yang semesta ciptakan, membawa hujan pada ruang sendu tak berkesudah. Bagiku, aku adalah hujan yang menyedihkan. Menggiring setiap orang untuk melankolis, membawa pada hal tersulit untuk diungkapkan. Seperti hujan yang kasihnya hanya sebatas kasih pada langit dan bumi. Tak berharap akan selalu ada siluet merah,  jingga  hingga ...