Bersama Hujan Aku Ingin

Lagi. Kepada hujan yang jatuh setelah maghrib kali ini, bersama saundtrack film Dilan yg menjadi latar belakang serta kolaborasi indah bersama rintik hujan. Sungguh Tuhan, ini cukup bagi ku. Terima kasih untuk hujan ke sekian kalinya. 


Tak ada yang istimewa dalam tulisan kali ini, hanya setumpuk frasa yang kucoba rangkai atas mau hujan. Ku harap, kalian tidak pernah bosan dengan hujan dan tulisan yang selalu datang bersama-sama. Sampai sekarang, untuk paham tentang setiap bagaimana dari itu, aku tidak memaksa untuk mencarinya. Bukan memaksa, tapi lebih tidak ingin untuk itu. 


Kali ini, aku ingin berbicara sedikit tentang hal yang akhirnya bisa ku ungkapkan. Bukan. Maksudku tentang hal yang akhirnya bisa kurasakan. Disini, berhari-hari ku lalui. Jakarta bersama kehidupan baru, orang baru, tempat tidur baru, dan segala hal terasa lahir kembali. Segala hal terasa mulai kembali hidup, sejak kemarin mati tertutup kabut sedu.


Jujur saja, kehidupan yang ku jalani saat ini adalah hidup yang dulu kuminta pada Tuhan dengan sangat, pada waktu itu aku meminta agar Tuhan memberikan aku kehidupan baru. Entah, aku tidak tahu maksudku apa. Hanya saja, saat itu aku merasa harus pergi dari kabut itu, lalu menata hidup yang baru, menyembuhkan luka ku, dan kembali dengan penerimaan yang berkesudah. Tidak. Sedikitpun aku tidak bermaksud untuk melupakan segala hal diwaktu sebelum ini, kemarin dan setiap hal yang terjadi, terlalu luar biasa untuk aku abaikan begitu saja. Sekali lagi, aku hanya ingin berdamai dengan hal-hal yang membuatku jatuh kemarin. Dan saat ini, Tuhan mencoba untuk mengiyakan. Ya, lagi-lagi Tuhan membantuku. Jujur saja, aku ingin sekali berterima kasih dengan bentuk paling terbesar padanya, andai bisa. Tapi tidak, siapa lagi yang lebih besar dari dia. 


Dalam hati kecil ku, ada jalan yang ingin kupinta pada Tuhan, ada tempat yang satu saat ingin kujadikan rumah, ada suasana yang ku minta pada Tuhan agar bisa membuatku tenang dalam setiap hal. Tuhan, lagi-lagi aku meminta. Disini, ditempat ini, aku ingin selamanya. Sendiri. Menikmati kehidupan ku, lalu sewaktu-waktu kembali untuk memeluk ibuku, bercerita padanya bahwa putri kesayangannya selalu baik-baik saja. Kembali untuk teman-teman terbaikku, retrovhailles bersama mereka, lalu membuka album lama. Lalu disini, kembali bersama aku dengan tenang. 


Jika seseorang bertanya padaku, jawabannya rumit. Karena yang ku pahami hanyalah, tentang bagaimana inginku berbicara. Ada sesuatu yang membaik saat aku tidak ditempat kemarin. Semua seolah kembali membaik, saat aku disini baik-baik saja. Karena sedari dulu yang kuingin adalah, berdamai tanpa bising mereka. Disini, aku ingin. Bila iya dikatakan egois, aku terima. Karena lagi-lagi, aku harus berjuang lebih untuk diriku dan damai, walau dengan ocehan mereka yang membuatku tidak nyaman.

Tapi satu hal, saat aku berbicara seperti ini mungkin akan berbeda dengan keadaan tiga atau lima tahun kedepan, aku tidak tahu akan ada apa. Hanya untuk saat ini, hatiku berbicara demikian. Untuk kedepan, entah masih sama, atau sudah berbeda. Aku tidak peduli. Bersama damai dan hujan, aku akan selalu baik-baik saja. 

Hujan sudah reda. Alarm untuk aku menyudahi tulisan ini. Terima kasih hujan, sosok yang selalu memanggilku saat dia datang. Maaf jika sambutan kali ini tidak begitu menyenangkan. Aku sudah berusaha, seperti biasa. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me