Postingan

Nyett20

Hai nyett, gue nulis ini di tengah kesibukan gue yang bikin gue sendiri pun muak. Selamat tanggal 29, semoga Tuhan memberkahi segalanya. Nyett, usia lo sekarang bukan lagi berawalan satu. Kali ini sudah jelas bahwa lo beranjak dewasa. Usia yang lebih dulu gue jalani, dan gue rasa gue cukup percaya diri untuk memberi beberapa ucapan untuk ini.  Juga yang harus lo ingat bahwa, LO BUKAN ANAK SMA LAGI!! Tapi benar si kata orang, katanya rata rata manusia seolah berhenti di 2019. Jadi menurut gue wajar kalo lo bahkan gue merasa masih menjadi anak putih abu yang doyan makan es rani. Gak mudah buat lo mungkin menjalani proses sampai sejauh ini. Gue gak tau persisnya seperti apa, namun gue juga tahu setiap proses seseorang tidak bisa disepelekan. Mudah bagi gue, belum tentu bagi lo. Gue cuma mau ngucapin selamat menjalani fase baru dalam hidup lo. Jangan lupa ibadah, dan banyakin uang biar kita bisa wujudin wishlist yang semakin meninggi itu. Gue percaya, lo tahu bagaimana caranya hidup ya...

Tepian Tiga

Hai langit, aku kembali menepi untuk perjalanan ke tiga ini. Disini, Jakarta malam ini adalah kali pertama aku menulis tentang mu di tempat dimana aku jatuh cinta padanya berulang kali. Tempat dimana aku pulang untuk setiap hal yang berisik. Tempat dimana setiap hal berjalan begitu cepat. Kali ini, tidak dengan hujan pun juga tidak kamu. Lalu aku menulis ini setelah mendapat kabar bahwa kita tidak jadi bertemu besok. Tapi tidak masalah, aku baik-baik saja Perjalanan ketiga ini sangat berbeda, awal dari setiap hal baru tentang cerita kita. Awalnya sangat sulit bagi ku, namun bersamaan dengan waktu dan kekuatan yang entah Tuhan beri dari mana, ternyata semua bisa ku lalui, tentu bersama mu. Langit, hari ini aku pergi meninggalkan Jakarta. Tempat yang sama saat kamu tinggal, tempat yang sama saat kita selalu merayakan hari raya rindu. Tempat ini, aku semakin menaruh kenangan di dalamnya. Hari ini saatnya aku harus kembali, namun aku janji akan kembali. Seperti yang selalu kita lakukan, be...

Hujan Perpisahan

Hujan singkat ini untuk akhir yang banyak dirayakan orang. Kata mereka, hari ini adalah perayaan untuk setiap hal yang telah dilalui lalu untuk memeluk hangat kisah baru. Ku rasa hari ini atau pun kemarin bahkan besok, semua sama saja. Persamaannya bahwa kita tetap berjalan dengan kisah yang tak pernah berhenti. Aku mengingat bagaimana tahun ini begitu banyak hal yang tidak biasa. Bersama Januari saat aku diberikan tanggung jawab baru atas setiap doa yang tak sengaja ku langitkan, tentu ku berbahagia karenanya. Bersama Februari saat memberikan sedikit diri untuk melakukan hal yang selama ini aku inginkan. Lalu Maret tentu dengan perayaan diri ku yang ku susun demikian baiknya. Dengan April bersama kisah retrovhailles ku bersama mereka. 120 hari pertama di tahun ini sungguh luar biasa. Ada banyak hal yang ku syukuri, ada banyak hal yang ku genggam saat Tuhan mempercayakannya pada ku. Tentu, duka dan kesenduan itu tak pernah hilang dengan waktu lama. Hingga aku menyadari bahwa hidup adal...

Hujan lalu Langit Terberat

Aku bertanya pada Tuhan, mengapa yang seharusnya datang tidak juga datang. Mengapa janji itu belum juga terpenuhi. Lalu aku pun menyadari bahwa ternyata hidup bukan hanya tentang cerita yang selalu pada jalannya, bukan hanya tentang janji yang selalu terpenuhi. Namun juga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keinginan untuk terus bertahan sampai waktunya tiba. Hidup ku berjalan begitu cepat di Desember ini, anak-anak, teman-teman, dan mereka semua yang hadir mengisi hari-hari terakhir ini rasanya membuat ku melewatkan beberapa hal termasuk rumah ku ini. Tuhan, terima kasih telah mengingatkan ku untuk kembali pulang sebentar ke rumah ini. Rumah kecil berisikan seorang aku. Terima kasih telah membuka pintu dan menerima setiap hal yang masuk ke dalamnya. Tuhan, boleh kah aku bercerita tentang hujan juga dengan langit. Hujan yang seharusnya turun sampai saat ini masih setia ku nanti. Aku berharap di tengah kepelikan ini, ia bisa membasahi ku, sesegera mungkin. Tuhan, aku rindu.  Dan lang...

Hari Raya Langit Enam

 Hari raya ke enam langit.. Untuk hari raya ke lima, aku merayakannya kemarin di tepian dua. Ku rasa itu sudah cukup, dan berharap tidak menghilangkan esensi perayaan ini. Langit, terima kasih sudah mengabari ku hari ini. Aku senang tentu saja. Tapi sebagaimana kabar yang kamu berikan, aku tidak begitu baik. Kamu bilang tubuh mu sedang tidak baik, tentang banyak hal yang terjadi mungkin sangat melelahkan bagi mu. Langit, sungguh aku ingin memeluk mu dan hadir di samping mu. Meski aku yakin, pengaruh ku tidak akan begitu besar untuk kesembuhan mu. Tapi langit, ini tidak salah bukan? Langit, tepat saat aku ingin mengabari mu malam kemarin, kamu terlebih dahulu datang dan menyapa. Terima kasih sudah membuat ku percaya bahwa kamu adalah sosok yang selalu akan pulang kapan pun itu. Aku jauh lebih baik tentunya. Hari ini kegiatan ku tetap sama. Bersama anak-anak lalu lanjut kelas di siang hari tadi. Tapi ada yang salah, dua hari lagi aku akan menghadapi UAS, tapi persiapan ku masih 70%, ...

Tepian Dua

Tepian ke dua.. Hai langit, selamat hari raya kita... Di tepian kemarin aku sempat mengatakan bahwa aku berharap hujan turun lebih lama lalu merayu Tuhan agar di tepian selanjutnya aku masih bisa membicarakan mu. Dan langit, saat ini hujan turun lagi-lagi. Terima kasih Tuhan, terima kasih untuk sampai di tepian ini. Langit, meskipun beberapa waktu ini kita begitu berbeda, namun bagi ku semua perasaan ini tetap sama. Ada hari dimana kamu begitu antusias dan bersemangat, namun beberapa hari juga membuat mu merasa buruk dan enggan untuk melakukan banyak hal. Termasuk tentang kita, aku paham langit. Meskipun tidak sehebat kamu dalam memahami diri mu sendiri, namun aku tahu kamu butuh waktu dan ruang, sehingga aku membiarkan semua ini berjalan begitu saja sejenak tanpa berisiknya aku. Langit, bagaimana pun kamu disana, aku harap tetap baik-baik saja. Aku selalu berdoa pada Tuhan, bahwa setiap hal yang kita lalui dapat di terima dengan baik sebagaimana kita menerima dengan baik pancake manis...

Hari Raya Langit Empat

 Hari raya ke empat Sejak pagi aku menunggu hujan, tapi sampai langit berubah jingga hujan tak juga datang. Aku bertanya, apakah hujan tidak akan turun hari ini. Langit, hari ini kamu tidak mengabari ku seperti tiga hari sebelumnya? Kemarin kamu bilang jauh lebih baik, aku berharap hari ini pun meski kamu tidak mengabari ku, semua baik-baik saja. Aku berharap dan selalu berdoa untuk mu. Tapi langit, bolehkah aku khawatir? Hari ini seperti biasa, waktu ku dihabiskan bersama anak-anak, juga kerjaan sebagai sekretaris membuat ku pulang terlambat. Tapi aku menyukainya, aku sendiri, dan sedikit meluangkan waktu untuk diri sendiri sampai lebih baik. Hari ini meski tanpa hujan yang ku pikir akan turun, tapi semuanya jauh lebih baik dari kemarin. Suasana rumah dan mereka, semakin bisa ku terima. Tidak, tidak ada masalah yang dicabut begitu saja oleh Tuhan, aku rasa aku hanya semakin bisa menerimanya sehingga semua tidak begitu berat dipundakku. Tapi langit, hujan hari ini tidak turun. Sepe...