Tarian Hujan

Irama hujan semakin merdu. Gemericiknya seolah memanggil aku untuk ikut menari. Namun sayang, jiwa dan hati tak sedang ingin menari dengan hujan. 

Hujan semakin lebat, dan aku semakin kalut bersama emosi. Entah bagaimana perasaan ini muncul setiap kali hujan turun. Bagaimana ia memang benar selalu membawa setiap memori untuk jatuh pada masa sebelum ini. Hujan seolah terus membuatku jatuh pada kenangan. 

Entah kusebut apa kenangan yang dimaksud. Hanya saja, tubuhku seolah memkasaku untuk terus bercengkrama dengan setiap masa lalu yang indah. Tentang peluk Ibu yang menenangkan, tentang candaan teman-teman yang seolah terasa di telinga ku saat ini, tentang masakan Nenek yang tak ada duanya, tentang mainan rumah anjing yang lucu, tentang boneka cokelat yang kini entah kemana, tantang roti unyil yang selalu jadi oleh-oleh ibu saat pulang, tentang jepit rambut yang berwarna-warni, tentang semua yang menjadi rindu adalah mereka yang tiba-tiba kembali datang bersama hujan. 

Untuk mendefinisikan perasaan ini sangat sulit. Sesulit menerka kapan hujan akan reda, sesulit mempercayai bahwa masa depan akan indah, sesulit mempercayai bahwa semua akan baik-baik saja, dan sesulit mempercayai bahwa rindu ini tidak akan kembali. Karena yang ku pahami, kenangan-kenangan itu akan terus datang walau tidak dengan hujan sekalipun. Bagaimanapun, bagian hidup yang indah tidak akan pernah bisa hilang di ingatan.  Dan bagian itu justru yang membuatku sakit. Karena ketidakmampuan ku untuk kembali memeluk mereka. Karena ketidakmampuan ku untuk kembali berada dimasa terindah itu. 

Mengapa yang kini hilang seolah sangat berharga? Mengapa yang berharga selalu indah saat diingat? Mengapa yang indah selalu sakit untuk dirindukan? Dan mengapa rindu tidak pernah tahu diri untuk terus datang kembali? 

Kali ini, secangkir kopi pun tidak bisa menenangkan layaknya angin di pantai. Dan layaknya ombak bersama pantai, aku ingin seperti mereka yang tak pernah terpisahkan. Seperti setiap yang indah dan berharga itu seolah terus ingin bersamaku. Bersamaku selamanya. Rasanya aku tidak perlu meminta izin dari siapapun untuk terus menggengam mereka. Mengapa harus izin? Bukankah setiap kenangan itu miliku sepenuhnya? Andai saja pertanyaan itu bisa kuajukan pada tuannya. Andai saja. Andai saja bisa. Tapi lagi-lagi aku tidak mampu. Ya, lagi-lagi aku tidak mampu. 



Hubungi gue

Ig, @asyfhln_

Email, blackviper263@gmail.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nyett21

Nyett20

Thank You for Lovin'me