Aku Adalah Hujan
12 November, 2021. Lima belas menit pada pukul lima sore. Dan Jakarta sore ini benar-benar gelap. Sangat gelap. Tidak seperti biasanya. Hukum alam adalah ketika aku yang selalu menarik diri untuk menulis disaat-saat seperti ini. Entah apa yang akan aku tulis, apa yang akan aku bicarakan, entahlah. Aku tidak tahu. Seperti hujan yang sendiri walau ramai, dingin yang sesak saat menyapa tubuh. Aku selalu menganggap diriku adalah sosok hujan. Melankolis kata orang. Ramai, tapi tidak seramai itu. Hujan yang ramai bukan untuk hati yang sepi. Bukan untuk peluk ayah, cium ibu yang hadir. Hujan tidak sesempurna itu. Belum lagi bersama petir dan segala drama yang semesta ciptakan, membawa hujan pada ruang sendu tak berkesudah. Bagiku, aku adalah hujan yang menyedihkan. Menggiring setiap orang untuk melankolis, membawa pada hal tersulit untuk diungkapkan. Seperti hujan yang kasihnya hanya sebatas kasih pada langit dan bumi. Tak berharap akan selalu ada siluet merah, jingga hingga ...