Kami yang Belum Terbiasa
Harus kubilang apa, malam ini hujan sangat indah rintiknya. Sebenarnya bukan hanya hujan, gema hadroh anak-anak pesantren membuat keduanya berkolaborasi dengan eloknya. Rintiknya seperti menari-nati mengikuti setiap tabuhan dari tempat sana. Ah, ini benar-benar nyaman. Haruskah kalian menyalahkan aku yang selalu menulis saat hujan turun. Akupun tidak mengerti. Bukan berarti aku tidak menulis saat hujan tidak turun, hanya saja, menulis diwaktu hujan membuat segalanya seolah istimewa. Lagi-lagi, hujan sukses membawaku untuk bercerita pada malam ini. Ya, salahkan saja aku yang terlalu pluviophile. Aku memang sudah gila. Kali ini, hujan malam membawaku pada sebuah kalimat, mungkin jika dirangkai akan seperti ini, 'Kami yang Belum Terbiasa' Berteriak di koridor kelas, lalu membuat sepatu-sepatu seolah seperti masa yang sedang ricuh. Duduk ditangga dengan es kebo, ah bukan. Es Rani tepatnya. Upacara yang tak pernah tidak berisik. Lapangan yang selalu dipenuhi kaos orange. Atau men...